Saturday, September 18, 2010

Waspadalah Dengan Munafik

حَدَّثَنَا أَبُوسَعِيْدٍ، حَدَّثَنَا دَيْلَمُ بْنُ غَزْوَانَ عَـبْدِيٌّ، حَدَّثَنَا مَيْمُوْنٌ الْكُرْدِيُّ، حَدَّثَنِي أَبُوعُثْمَانَ النَّهْدِيُّ عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
إِنَّ أَخْـوَفَ مَا أَخَافُ عَلىَ أُمَّـتِي كُلُّ مُنَافِـقٍ عَلِـيْمِ اللِّـسَانِ
Diriwayatkan dari sahabat Umar bin Khattab r.hu, bahwasanya telah bersabda Rasulullah saw,

“Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takuti yang menimpa umatku, adalah setiap munafik yang pandai bicara [bersilat lidah].”

Kedudukan Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad r.hu dalam Musnad, bab Awwalu Musnad Umar Ibnul Khattab r.hu, Juz I, halaman 141, hadis nomor 137.
Imam Thabrani r.hu dalam al-Kabir, bab IV, Juz 13, halaman 149, hadis nomor 14995; hadis ini juga terdapat dalam Kitab al-Kamil, yang ditulis Ibnu Adi r.hu dari sahabat Umar bin Khattab r.hu. Menurut as-Samhudi r.hu para perawi dalam Musnad Ahmad adalah shahih.

Pemahaman Hadis
Akhwafa mā Akhāfu. Artinya, yang paling aku takuti.
Rasulullah saw sangat takut apabila umatnya mengidap atau terkontaminasi munafik. Terlebih, jika berkomunitas dengan kaum munafikun. Kaum munafikun adalah mereka yang akan menghancurkan kaum muslimin secara perlahan-lahan.
Orang-orang munafik selalu berusaha untuk menghalangi kaum muslimin-mukmin untuk taat kepada Allah dan rasul-Nya. Allah ta’ala berfirman,

“Apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah kalian tunduk pada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum rasul”. Niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi manusia dengan sekuat-kuatnya dari mendekati kau” (Qs.an-Nisa’ [4]: 61).

Ummatī. Artinya, umatku.
Maksudnya, adalah umat Rasulullah saw. Umat Rasulullah saw setiap orang yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat. Lalu, commitment and consistent (CC) dengan syahadatnya. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari selalu berusaha mengamalkan rukun Islam dan rukun iman.
Umat Rasulullah saw, adalah setiap orang yang selalu: Meng-Allah-kan Allah; Me-manusia-kan manusia; dan Meng-alam-kan alam. Dengan demikian CC dengan sunnah-sunnah Rasulullah saw.

Munāfiq. Artinya, orang yang nifak.
Munāfiq (munafik), adalah kata benda dari bahasa Arab munāfiq. Sedangkan jamak (plural), ialah munāfiqūn.
Munafik secara terminologi adalah mereka yang berpura-pura mengikuti ajaran agama, namun sebenarnya tidak mengakui dalam hatinya. Munafik adalah orang yang hatinya tidak beriman. Biasanya orang tersebut sangat lihai dalam bersilat lidah. Ia sering memberi fatwa kepada orang lain dengan fatwa yang batil lagi menyesatkan, namun dikemas dan dibalut dengan kata-kata yang indah, sehingga sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan seoalah-olah dia bukan termasuk orang-orang yang munafik.
Di dalam al-qur’an kata al-munafikun disebut pada 27 tempat dan diungkapkan dalam bentuk masdar nifaq (kemunafikan) di 3 tempat. Bahkan, ada satu surat dalam al-qur’an yang bernama al-munafikun. Yakni, surat yang ke-63. Surat ini terdiri dari 11 ayat. Ayat 1-8 menerangkan sifat-sifat munafik dan ayat 9-11 berisi peringatan bagi orang mukmin. Surah ini termasuk dalam surat Madaniah.
Munafik merupakan sifat yang sangat berbahaya bagi kehidupan umat manusia, khsusunya umat Islam. Kemunafikan menjadikan orang tidak malu mengaku dirinya beriman, namun dibalik itu dia mendurhakai Allah swt.
Sepak terjangnya selalu melampaui batas dan tidak sesuai dengan syari'at Islam. Namun selalu merasa dirinya benar. Bila berkata selalu berbohong, bila berjanji tidak ditepati dan bila dipercaya khianat. Sifat orang munafik ini tidak memiliki manfaat sedikit pun bagi kehidupan umat manusia. Karena sesungguhnya tidak seorang pun yang mau dibohongi, dan dikhianati. Rasulullah saw bersabda,

“Ciri-ciri atau tanda-tanda orang munafik ada tiga. Bila berkata, bohong. Bila berjanji, ingkar. Dan, bila dipercaya, berkhianat” (Hr.Bukhari dan Muslim).

Dalam hadis yang lain, Rasulullah saw juga bersabda,

“Ada 4 hal yang barangsiapa melaksanakan empat hal ini dinamakan munfaik sejati. Dan, barangsiapa yang melaksanakan sebagian dari empat hal ini dinamakan munafik. Yaitu: apabila berkata bohong; apabila berjanji mengingkari; apabila bekerja sama (berkongsi) menyeleweng; dan bila dipercaya berkhianat.” Dalam riawayat Muslim disebutkan meskipun dirinya shalat, puasa, dan mengaku beragama Islam” (HR.Bukhari).

Kebohongan, ingkar janji, dan pengkhianatan yang dilakukan oleh seorang anak kecil, mungkin tidak terlalu membahayakan masyarakat. Namun sekiranya kebohongan, ingkar janji dan khianat ini dilakukan oleh orang dewasa, apalagi orang yang berilmu, berkuasa lagi terpandang, tentu sangat membahayakan masyarakat.
Oleh karena itu, mustahil suatu masyarakat akan tenteram dan sejahtera manakala masyarakat hidup dalam kebohongan, pengkhianatan, dan ingkar janji. Allah ta’ala pasti akan menimpakan siksa yang sangat pedih di dalam kehidupan masyarakat yang senantiasa berbohong, berkhianat, dan ingkar janji.
Telah banyak kejadian buruk di dalam masyarakat kita yang disebabkan oleh perilaku munafik ini. Orang munafik seringkali menjadi pemicu permusuhan di dalam masyarakat kita. Karena orang munafik lebih suka mencari keuntungan diri daripada berjuang mewujudkan kemaslahatan umat.
Sebagaimana terjadi di jaman Rasulullah saw. Beliau berjuang menegakkan agama Islam dan kebenaran. Di antara perilaku kaum munafik jaman Rasulullah saw antara lain:
Pertama, mengaku beriman di hadapan baginda Rasulullah saw. Namun di belakang, mereka memusuhi Rasulullah saw dengan berbagai cara seperti menjelek-jelekkan, memfitnah dan tidak melaksanakan perintah Allah ta’ala. Allah swt berfirman,

“Apabila dikatakan kepada mereka, “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman.” Mereka menjawab, “Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu. Dan, bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan, “Kami telah beriman.” Dan, bila mereka kembali kepada setan-setan mereka. Mereka mengatakan, “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok” (Qs.al-Baqarah [2]: 13-14).

Kedua, ketika berperang dengan orang-orang kafir. Kaum munafik menyalahkan Rasulullah saw. Namun setelah kaum muslimin mendapatkan kemenangan mereka berebut harta rampasan perang. Mereka mengaku-ngaku berjuang. Padahal mereka telah berbohong kepada Allah ta’ala, dikarenakan nafsu memperoleh ghanimah (harta rampasan). Allah ta’ala berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kalian perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerjakan” (Qs.ash-Shaf [61]: 2-3).

Ketiga, menyebarkan berita bohong pada kedua belah pihak. Sehingga masing-masing pihak termakan provokasi dan fitnah. Akibatnya mereka saling bermusuhan satu sama lain disebabkan berita bohong yang dipercayai.
Sifat munafik sangat membebani kehidupan masyarakat baik dalam tatanan ideologi, politik, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan. Sehingga harus dihindari dan dijauhi. Sifat-sifat ini merupakan sifat yang dibenci Allah swt. Dan, barangsiapa yang bersifat demikian, akan dimasukkan ke dalam neraka yang paling bawah. Allah ta’ala berfirman,

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu [ditempatkan] pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan, kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka” (Qs. An-Nisa’ [4]: 145).

Orang munafik akan selalu berada dalam keadaan bingung. Dan, hatinya resah karena ingin melakukan tipu daya dan dusta. Secara lahir mereka ada bersama orang-orang yang mukmin. Akan tetapi hati mereka bersama orang-orang kafir. Allah swt berfirman,

“Mereka selalu ada dalam keraguan, sebab mereka tidak masuk pada golongan orang mukmin dan tidak pula golongan mereka [orang kafir]. Barangsiapa yang disesatkan Allah, maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan untuk memberi petunjuk baginya” (Qs.an-Nisa’ [4]: 143).

Alimil lisān. Artinya, pandai bicara (bersilat lidah).
Penyakit inilah kiranya saat ini yang menyerang kaum muslimin. Kelihatan mereka membela Islam. Akan tetapi justru mereka dengan berbagai argumen, menentang semua ajaran dinul Islam. Yang kesemuanya telah termaktub dalam kitabullah dan sunnah.
Mereka mencari ayat-ayat yang menurut mereka tidak masuk akal. Jika mereka menemukan satu ayat, maupun teks hadis, yang kiranya mereka anggap tidak masuk akal. Dengan kelihaiannya berbicara. Mereka meyampaikan kepada orang-orang, bahwa al-qur’an dan hadis telah kuno tidak sesuai jaman dengan lagi.

Pembelajaran Sifat (Character Learning)
Dikisahkan bahwa al-Ahnaf penghulu penduduk Bashrah terkenal sebagai orang yang pandai dan fasih sekali dalam berbicara. Suatu hari dia menghadap Khalifah Umar ibnul Khattab r.hu. Kemudian, khalifah menahannya dalam setahun untuk diuji siang dan malam. Ternyata tidak ada tanda-tanda kemunafikan pada dirinya. Bahkan, penampilan dan akhlaknya sangat mengesankan.
Pada suatu hari khalifah memanggilnya, seraya bertanya, “Wahai Ahnaf, tahukah kamu mengapa kamu saya tahan?”
Ahnaf menjawab, “Tidak”.
Berkata khalifah, “Sebabnya saya tahan, Rasulullah saw pernah bersabda, “Yang paling kutakuti terjadi atas umatku adanya munafik yang pandai bicara.” Dan, saya takut kamu termasuk di antara mereka. Namun alhamdulillah, wahai Ahnaf, kamu tidak termasuk yang demikian itu.
al-Munawi meriwayatkan pula dari Ibnu Asakir r.hu dengan redaksi yang agak berbeda, bahwa dia menghadap sahabat Umar. Kemudian, berkhutbah pembicaraannya sangat mengagumkan. Umar menahannya selama satu tahun. Kemudian, setelah habis masa tahanan Umar r.hu bertkata, “Aku takut Anda munafik yang pandai bicara. Sebab, Rasulullah saw pernah memperingatkan kami, sekarang saya harap jadilah Anda seorang mukmin yang sejati dan kembalilah ke negaramu.”

Oase Pencerahan
Betapa banyak saat ini orang yang sangat lihai dalam bersilat lidah. Paginya dia mengatakan putih, sorenya sudah berubah menjadi hitam, atau bahkan hanya ditinggal menoleh saja telah berubah omongann. Itulah gambaran orang-orang munafik yang mengaku Islam, tapi ia hanya sekadar pengakuan. Islam hanya diperalat sebagai identitas belaka, seperti: mencari kekuasaan, lobi-lobi politik, nikah, dagang, dst; yang dengan enteng mereka bersumpah atas nama Allah swt. Akan tetapi setelah maksud dan tujuan tercapai mereka melupakan sumpahnya dan janjinya.
Di bidang ubudiah. Shalat masih semaunya, kadang seminggu sekali, atau setahun dua kali. Begitu pula zakat, belum adanya kesadaran sendiri, padahal 2,5% dari harta kekayaan yang dimiliki terdapat hak orang lain, terutama fakir miskin. Memang seperti itulah orag-orang munafik sebab memang hati mereka memang sakit.
Semakin banyaknya kaum munafik yang pandai bersilat lidah. Maka, akan semakin cepat pula kehancuran dunia ini. Sebab, dunia telah dipenuhi oleh orang-orang yang tidak lagi bisa memegang amanah. Mereka mengaku memahami Islam. Tapi, sebenarnya buta akan Islam. Mereka hanya pandai dalam membolak-balikan dalil baik dari al-qur’an maupun hadis. Rasulullah saw bersabda,

“Islam akan hancur sebagaimana hancurnya kain yang telah usang. Sehingga orang tidak lagi mengetahui apa itu puasa, apa itu shalat, apa itu haji, dan apa itu shadaqah. Maka, kitabnya Allah diterbangkan di malam hari. Sehingga di bumi tidak lagi tertinggal satu ayat pun. Dan, tinggallah segolongan manusia yang sangat tua usianya. Mereka lalu berkata, “Kami dapati bapak-bapak kami dahulu mengucapkan kalimah “lā illāha illa-llāh”. Dan, orang-orang itu pun tidak mengetahui apa itu shalat, apa itu puasa, apa itu haji, dan apa itu shadaqah” (Hr.Ibnu Majjah).

Karenanya, siapa pun yang mengaku sebagai muslim-mukmin harus meninggalkan segenap hal: yang menyerupai perilaku, sikap mental, dan pola pikir kaum munafikin. Hanya dengan berperilaku dan memiliki Cara Berpikir seperti itu. Kita diselamatkan dari fitnah kemunafikan, insya Allah [ ]

No comments:

Post a Comment