Saturday, September 18, 2010

Kedhaliman Adalah Kegelapan

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ الْمَاجِشُونُ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ دِينَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
الظُّلْمُ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Dari sahabat Abdullah Ibnu Umar r.huma, dari Rasulullah saw bersabda,

”Kedhaliman adalah kegelapan (yang berlipat) pada Hari Kiamat .”

Kedudukan Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukahri dalam Shahihnya pada bab adh-Dhulmu Dhulumatun Yaumal Qiyamah juz VIII halaman 318 hadis nomor 2267. Imam Msulim meriwayatkan hadis ini pada bab Tahrimud Dhulmi juz 12 halaman 456 hadis nomor 4675. Imam Tirmidzi dan Imam Ahmad juga meriwayatkan hadis ini dalam Sunan dan Musnadnya.

Pemahaman Hadis
adh-Dhulmu. Artinya, kedzaliman.
Kata adh-Dhulmu berasal dari kata dhalama, yadhlimu yang berarti menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Dalam hal ini kata ini sepadan dengan kata al-Jawr. Demikan pula definisi yang dinukil oleh Syaikh Ibnu Rajab dari kebanyakan para ulama dalam hal ini adalah lawan dari kata al-Adl (keadilan).
Dalam hadis di atas, jelas betapa kedhaliman akan menyebabkan kegelapan pada Hari Kiamat. Oleh sebab itu Rasulullah saw mewanti-wanti umatnya dalam hadis yang serupa akan tetapi di situ ditekankan supaya berhati-hati atas perbuatan dhalim sebagaimana sabda beliau saw,

”Berhati-hatilah terhadap kedhaliman sebab kedhaliman adalah kegelapan pada Hari Kiamat. Dan jauhilah kekikiran (bakhil) karena kekikiran itu telah mencelakakan umat sebelum kamu.(Hr.Muslim)

Menengok hadis ini jelas bahwa dinul Islam menghararamkan segala bentuk kedhaliman. Dan tidak ada kedhaliman yang lebih besar dari pada syirik kepada Allah. Sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya,

”Sesungguhnya syirik merupakan kedhaliman yang besar.”(Qs.Lukman [31]: 13)

”Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan kedhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapatkan keamanan dan petunjuk.”(Qs.al-An’am [6]:82)

Syaikh Ibnu Rajab mengklasifikasikan bentuk kedhaliman menjadi dua macam: pertama, kedhaliman terhadap diri sendiri. Bentuk yang paling berbahaya dari jenis ini adalah syirik kepada Allah swt Jenis berikutnya adalah perbuatan-perbuatan maksiat dengan berbagai macamnya; besar maupun kecil. Kedua, kezhaliman yang dilakukan oleh seorang hamba terhadap orang lain, baik terkait dengan jiwa, harta atau kehormatan. Rasulullah saw bersabda ketika berkhutbah pada haji wada’,

”Sesungguhnya darah harta dan kehormatan kalian diharamkan atas kalian sebagaimana keharaman hari kalian ini, di bulan haram kalian ini dan di negeri (tanah) haram kalian ini.”

”Barangsiapa yang pernah terdhalimi oleh saudaranya, maka hendaklah memintakan penghalalan (ma’af) atasnya sebelum kebaikan-kebaikannya (kelak) akan diambil (dikurangi); Bila dia tidak memiliki kebaikan, maka kejelekan-kejelekan saudaranya tersebut akan diambil lantas dilimpahkan (diberikan) kepadanya.”(Hr.Bukhari)


Dhulumātun yaumul qiyāmah. Artinya, kegelapan pada Hari Kiamat.
Prahara yang terjadi pada Hari Kiamat sangatlah dahsyat. Saat itu tidak ada satu manusia pun yang memikirkan orang lain. Sebab manusia pada saat itu dibuat sibuk oleh dirinya sendiri. Apalagi bagi mereka yang sering berbuat dhalim ketika hidup di dunia. Maka kesengsaraan akan menimpanya. Tentang keadaan orang yang gemar berbuat dhalim lihatlah penuturan dari sahabat Abu Umamah r.hu, ”Pada hari kiamat, seorang dhalim didatangkan, hingga ketika berada di atas jembatan neraka Jahanam, ia ditemui seorang yang pernah ia aniaya. Orang-orang yang teraniaya terus-menerus menuntut orang-orang dhalim hingga tidak ada lagi kebaikan di tangan orang-orang dhalim itu. Jika orang-orang yang teraniaya tidak menemukan kebaikan lagi di tangan orang – orang dhalim mereka memikulkan kejelekan-kejelekan mereka ke pundak orang – orang dhalim menurut kadar penganiayaannya hingga mereka dilemparkan ke dasar neraka.”
Juga firman Allah swt di dalam surat al-Anfal,

”Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang dhalim saja di antara kamu dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.”(Qs.al-Anfal [8]:25)

Ayat ini berisi peringatan untuk berhati-hati (hadzr) akan adzab yang tidak hanya akan menimpa yang berbuat kedhaliman saja, tetapi adzab Allah akan menimpa secara umum baik yang berbuat kedhaliman maupun yang tidak. Karena itu secara syar’i, wajib hukumnya bagi orang yang melihat kedhaliman kemungkaran dan mempunyai kesanggupan untuk mehilangkan kemungkaran tersebut.

Perubahan Perilaku (Behavior Transformation)
1. Jauhilah perbuatan dhalim.
2. Pegang dengan baik dan benar Neraca Syariat.
3. Mintalah selalu pertolongan kepada Allah swt agar dijauhkah dari perbuatan dhalim.

Oase Pencerahan
Banyak di antara umat manusia yang tidak menyadari bahwa dirinya telah melakukan suatu perbuatan yang menyakiti orang lain lantas membiarkan hal itu berlalu begitu saja tanpa meminta maaf kepada orang tersebut atas perbuatan yang kita lakukan. Sebabnya banyak, di antaranya karena ego yang terlalu tinggi, menyepelekan, dan kurang memahami ajaran agama secara baik dan benar. Padahal perbuatan yang demikian sangat berbahaya dan akan dipertanggung-jawabkan di Hari Akhir kelak. Setiap penyimpangan pasti akan mendatangkan bahaya.
Kemusyrikan akan menghilangkan harkat derajat manusia di muka bumi. Sebab orang yang musyrik telah menjatuhkan martabatnya sebagai manusia yang telah Allah muliakan. Bayangkan orang yang memuja dan mensakralkan benda mati, binatang, atau makhluk Allah lainnya. Mereka menganggapnya bahwa makhluk tersebut mempunyai kekuatan di luar kekuatan dirinya. Bahkan bisa mendatangkan sesuatu yang padahal hanya Allah yang bisa melakukannya. Pada saat orang-orang berebut air kotor bekas cucian benda-benda “keramat” yang penuh karat dan debu itu, seraya mereka mengusapkannya ke sekujur tubuh bahkan meminumnya, di manakah mereka meletakkan harga diri mereka sebagai manusia? Kemaksiatan juga mendatangkan malapetaka, bukan saja kelak di akhirat tapi semenjak di dunia. Imam Ibnul-Qayyim –semoga Allah merahmatinya- mengatakan, “Di antara yang perlu diketahui adalah bahwa dosa dan kemaksiatan itu membahayakan. Dan tidak diragukan lagi bahayanya terhadap hati bagaikan bahaya racun terhadap tubuh.” Itu hanyalah satu aspek, yakni aspek hati secara personal. Terhadap kehidupan pun, kemaksiatan punya bahaya yang besar. Di antaranya adalah munculnya bencana dan malapetaka. Rasulullah saw Bersabda,

“Jika kemaksiatan merajalela di tengah umatku, Allah pasti menimpakan secara merata adzab dari sisi-Nya.” Aku (Ummu Salamah) bertanya, “Tidak adakah di tengah mereka saat itu orang-orang saleh?” Rasulullah saw menjawab, “Ada.” Aku bertanya, “Lalu apa yang dilakukan terhadap mereka yang saleh itu?” Rasulullah saw menjawab, “Akan menimpa mereka apa yang menimpa orang-orang pada umumnya, kemudian mereka mendapatkan ampunan dan keridlaan.”(Hr.Ahmad).

Itu di dunia. Di akhirat urusannya lebih dahsyat lagi. Demikian pula dengan kedhaliman yang dilakukan terhadap sesama manusia. Kehidupan ini tidak akan ada keadilan dan kesejahteraan manakala kedhaliman merajalela dan menggurita. Negeri yang subur hanya akan memakmurkan segelintir orang yang kebetulan punya akses kepada sumber daya alam gara-gara mendapatkan kekuasaan. Namun, kalau pun pelaku kedhaliman itu “selamat” di dunia karena tidak tersentuh hukum, ketahuilah bahwa di akhirat dia tidak akan selamat dari perhitungan dan adzab Allah swt.
Rasulullah saw. menjelaskan tentang orang yang muflis (pailit). Muflis bukanlah orang yang tidak punya uang atau kehilangan harta. Melainkan orang yang sewaktu di dunia melaksanakan ibadah ritual semacam shalat, shaum, dan sebagainya. Namun di samping itu, dia melakukan kedhaliman kepada orang lain dalam bentuk memukul atau melukai, memfitnah (merusak kehormatan), merampas hak milik tanpa alasan yang dibenarkan. Maka pada hari akhirat kelak semua orang yang menjadi korban kedhalimannya akan menuntut di hadapan Allah swt. Sampai manakala pahala orang itu sudah habis untuk membayar kedhalimannya, sementara para korban yang menuntut masih banyak, Allah melimpahkan dosa-dosa si korban kepada pelaku kedhaliman itu.

No comments:

Post a Comment