Saturday, September 18, 2010

Keutamaan Mengangkat Tangan Dalam Berdoa

عَنْ أَبِيْ مُوْسَى اَلأَشْعَرِى قاَلَ:
﴿ دَعَا النَّـبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ، وَرَأَيْتُ بَـيَاضَ إِبْطَـيْهِ ﴾
Diriwayatkan dari sahabat Abu Musa al-Asy’ari r.hu, dia berkata,

“Nabi saw berdoa lalu mengangkat kedua tangannya, hingga saya melihat putih kedua ketiaknya.”

Kedudukan Hadis
Hadis ini terdapat dalam Kitab Shahih Bukhari, bab Raf'il Aidi fid Du'a`, Juz XIX, halaman 417. Kitab Fat-hul Bari, bab Raf'il Aidi fid Du'a`. Kitabus Shalah, Juz XVIII/VII, halaman 113. Dan, dalam Kitab Syarh Ibn Bathal, Juz XIX, halaman 138.

Pemahaman Hadis
Da’ā. Artinya, telah berdoa.
Da’ā berasal dari kata da’a-yad’u-du’a’an. Yaitu, permohonan atau permintaan. Berdoa adalah senjata bagi orang muslim. Ketinggian dan martabat doa teletak pada keutamaannya. Orang yang kesehariannya berdoa dia tidak akan kecewa. Sebab, dia pasti melihat dengan jelas manfaat di dalam doanya. Rasulullah saw bersabda,

“Tidak ada yang dapat mengubah takdir kecuali doa.”

Allah ta’ala pasti mengabulkan doa para hamba-Nya. Karena dengan berdoa Allah swt akan merubah atau mengganti takdir yang telah ditetapkan. Yakni, diganti dengan takdir lain yang belum ditetapkan bagi orang tersebut. Bahkan, pengganti takdir itu akan lebih baik daripada sebelumnya; insya Allah. Allah ta’ala berfirman,

“Berdoalah [meminta] kepada Ku, [doa] kalian akan Aku kabulkan.”

Berdoa, berarti memohon sepenuh hati dengan Allah swt mengharapkan kebaikan, agar Allah mengabulkan sesuatu yang diharapkan.
Doa dan dzikir adalah satu kesatuan yang saling menyempurnakan. Dan, keduanya merupakan alat untuk menjalin hubungan komunikasi langsung antara manusia sebagai hamba dan Allah swt sebagai pencipta.
Dalam berdoa ada dua pokok penting yang harus diperhatikan. Yaitu: kesucian hati dan keikhlasan.
Berdoa tidak cukup hanya mulut yang melafadzkan. Tetapi hati dan jiwa juga harus didudukkan kepada Allah swt.
Ada doa yang langsung dikabulkan oleh Allah ta’ala. Namun juga ada doa yang diganti atau malah dialihkan oleh-Nya.
Imam al-Ghazali r.hu berpendapat, ”Doa akan terkabul bilamana memenuhi beberapa adab, di antaranya: 1).Dilakukan dalam keadaan khidmat; 2).Didahului dengan taubat kepada Allah ta’ala; 3).Menghadap kiblat serta mengangkat kedua tangan; 4).Memulai doa dengan menyebut nama Allah serta memuji-Nya; 5).Merendahkan suara; 6).Khusyuk; 7).Mengulang doa sampai tiga kali; dan 8).Mempercayai bahwa Allah berkenan mengabulkan doa yang dipanjatkan.
Tidak ada yang mengingkari doa, kecuali orang-orang kafir, orang-orang munafik, dan orang-orang yang mendustakan Allah swt. Seseorang yang dengan sengaja lagi sadar, bahwa dia mengingkari berdoa kepada Allah swt. Berarti dia telah mengingkari sebagian isi dari kitab suci al-qur`an.

Rafa’a yadaihi. Artinya, telah mengangkat kedua tangan beliau.
Mengangkat tangan ketika berdoa adalah salah satu penyebab terkabulnya sebuah doa. Sahabat Umar r.hu berkata,

”Rasulullah saw bila mengangkat kedua tangannya dalam berdoa. Beliau tidak menurunkannya sebelum menyapu dengan kedua tangan beliau ke wajahnya” (Hr.Tirmidzi).

Sahabat Ibnu Abbas r.hu berpendapat, ”Cara mengangkat tangan dalam berdoa, adalah kedua tangan diangkat hingga sejajar dengan kedua pundak, dan beristighfar berisyarat dengan satu jari, adapun ibtihal [istighatsah] dengan mengangkat kedua tangan tinggi-tinggi” (Hr.Abu Daud, Kitab Sunan, bab Witir, bab Doa 2/79 No. 14950. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Daud).
Dalam riwayat lain, Imam al-Qasim bin Muhammad r.hu berkata, “Saya melihat Ibnu Umar berdoa di al-Qashi dengan mengangkat tangannya hingga sejajar dengan kedua pundaknya. Dan, kedua telapak tangannya dihadapkan ke arah wajahnya” (Dishahihkan oleh Ibnu Hajar al-Asqalani r.hu, dalam Fathul Bari 11/147).
Yang disunnahkan mengangkat tangan ketika berdoa, ialah doa mas’alah. Doa ada dua macam, yakni doa ibadah dan doa mas’alah.
Doa ibadah adalah doa yang mencangkup segala jenis ibadah. Seperti: membaca al-qur’an, dan doa khusus yang sudah disyariatkan dengan lafadz-lafadznya pada beberapa bentuk aktivitas. Semisal: doa sebelum dan sesudah makan; doa akan bepergian; dll.
Doa-doa yang sudah dipaketkan dengan lafadz-lafadz khusus tersebut tergolong doa ibadah. Tidak dianjurkan untuk mengangkat tangan, termasuk doa-doa dan dzikir sesudah shalat.
Tetapi, kalau seseorang sesudah shalat dan masih merasa memiliki keperluan atau keinginan tertentu. Lalu, ia berdoa, maka itu disebut doa mas’alah. Sangat dianjurkan untuk mengangkat tangan ketika berdoa mas’alah.
Sebagaimana Nabi saw bila berdoa dengan permintaan beliau saw menghadapkan telapak tangannya kelangit, bila berdoa dengan memohon perlindungan dari kejahatan sesuatu maka beliau saw membalikkan kedua telapak tangannya ke bumi (Majmu’ Zawa’id, Juz X, hal 168). .

Ra`aitu Bayādla Ibthaihi. Artinya, saya telah melihat putih kedua ketiak beliau.
Sahabat Abu Musa al-Asy’ari r.hu yang meriwayatkan hadis ini telah melihat secara langsung kedua ketiak Nabi saw yang putih.
Ini menandakan, bahwa Nabi saw saat berdoa, suatu kali, menghangkat kedua tangan beliau dengan sedikit agak tinggi. Dapatlah dipahami, jika Nabi saw pernah mengangkat tangan di dalam berdoa.
Diriwayatkan dari sahabat Anas r.hu, bahwa Nabi saw tidak pernah mengangkat tangannya kecuali dalam shalat istisqa’.
Imam Hafid Ibnu Hajar r.hu berkomentar, “Hadis ini tidak menafikan berdoa dengan mengangkat tangan. Akan tetapi menafikan sifat dan cara tertentu dalam mengangkat tangan pada saat berdoa. Artinya, mengangkat tangan dalam doa istisqa’ memiliki cara tersendiri mungkin dengan cara mengangkat tangan tinggi-tinggi tidak seperti pada saat doa-doa yang lain yang hanya mengangkat kedua tangan sejajar dengan wajah saja.”
Mengangkat tangan dalam berdoa merupakan etika yang paling agung dan memiliki keutamaan mulia serta penyebab terkabulnya doa. Dari sahabat Salman al-Farisi r.hu, diriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda,

“Sesungguhnya Rabb kalian Mahahidup lagi Mahamulia, Dia malu kepada hamba-Nya yang mengankat kedua tangannya [meminta-Nya], Dia kembali dalam keadaan kosong tidak mendapat apa-apa” (Hr.Abu Dawud).

Pembelajaran sifat (Character Learning)
al-Hasan r.hu meriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik r.hu, dia berkata, “Pada masa Nabi saw, ada seorang laki-laki yang berdagang antara Syam dan Madinah serta dari Madinah ke Syam. Dia biasa bepergian, tanpa bergabung dengan kafilah-kafilah demi tawakal kepada Allah swt. Sekali waktu, ketika dia bepergian dari Syam ke Madinah, seorang penyamun mencegatnya dan berkata kepadanya, “Berhenti!’ Pedagang itu pun berhenti dan berkata kepada si penyamun, ”Ambillah barang-barangku tapi janganlah kau rintangi jalanku!”
Si penyamun menjawab, ”Urusan harta bukan urusanku. Tapi, dirimulah yang kukehendaki.” Maka, pedagang itu menjawab, apa yang kau kehendaki dariku, bukankah urusanmu itu hartaku? Ambillah barang-barang itu dan pergilah!
Si penyamun mengulangi apa yang telah dikatakannya. Si pedagang berkata, “Tunggulah sampai aku berwudlu dan berdoa kepada Tuhanku.”
Maka, si pedagang pun bangkit, berwudlu, lalu shalat empat rakaat. Setelah itu dia mengangkat tangannya ke langit dan berdoa, “Wahai yang Mahapenyayang, wahai yang Mahapenyayang, wahai pemilik Arsy yang agung, wahai yang dari-Nya segala sesuatu berasal dan kepada-Nya segala sesuatu kembali. Wahai yang Mahamelakukan apa yang dikehendaki-Nya, saya memohon kepada Mu dengan cahaya wajah Mu yang memenuhi segenap penjuru Arsy Mu. Saya memohon kepada Mu dengan kekuasaan yang dengannya Engkau memerintah makhluk Mu, dan dengan kasih sayang Mu, tidak ada ilah selain Engkau, wahai Mahapenolong, tolonglah aku!”
Diucapkan doa tersebut tiga kali. Ketika dia selesai berdoa. Tiba-tiba muncullah seorang penunggang kuda yang berwarna abu-abu dan berpakaian hijau dengan memegang tombak yang terbuat dari cahaya. Ketika si penyamun melihat pengendara kuda itu, ditinggalkannya si pedagang dan disongsongnya si pengendara kuda itu.
Ketika sudah dekat, si penunggang kuda itu menyerang si penyamun sehingga si penyamun terlempar dari atas kudanya. Kemudian penunggang kuda mendatangi si pedagang dan memeritahkan, ”Bunuhlah dia!”
Namun si pedagang itu balik berkata, ”Siapa Anda? Saya tak pernah membunuh seseorang, dan diriku tak layak membunuhnya.”
Lalu, penunggang kuda itu menuju si penyamun langsung membunuhnya. Kemudian, datang pada si pedagang, sambil memberitahu, “Saya adalah seorang malaikat dari langit ketiga. Ketika kamu berdoa untuk pertama kalinya, kami mendengar bunyi gaduh di pintu gerbang langit. Kami berkata, ”Sebuah kejahatan telah terjadi.”
Ketika, kamu berdoa untuk kedua kalinya, pintu langit terbuka dan terlihat seberkas nyala api. Ketika kamu berdoa untuk ketiga kalinya, malaikat Jibril as turun ke langit kami dan berteriak, “Siapakah yang mau menolong orang yang tertekan itu? Saya memohon kepada Allah swt, agar diijinkan membunuh penyamun itu. Ketahuilah wahai hamba Allah, bahwa Allah akan memberikan kelapangan dan pertolongan kepada siapa saja yang berdoa dengan doamu tadi pada setiap saat yang penuh tekanan, malapetaka, dan keputus-asaan.”
Setelah itu, si pedagang melanjutkan perjalanan dengan aman sampai ke Madinah dan pergi menemui Nabi saw serta menceritakan kisahnya kepada beliau saw. Juga tentang doa yang diucapkan. Nabi saw bersabda kepadanya, Allah telah mengilhamimu dengan nama-nama-Nya yang paling indah, yang jika disebutkan dalam doa, niscaya Dia akan mengabulkan-Nya. Jika Dia dimohon dengan nama-nama itu, Dia akan menganugerahkan-Nya.”

Perubahan Perilaku (Behavior Transformation)
1. Miliki mindSET bahwa doa Anda pasti terkabul di sisi Allah ta’ala.
2. Biasakan berdoa di saat doa itu tidak diperlukan.
3. Doa Anda sertailah dengan usaha dan ketawakalan.
4. Commitment and consistent (CC) dengan rizeki halal-thayyib-barakah.
5. Miliki kebiasaan suka memberi atau berderma.

Oase Pencerahan
Orang yang beriman selalu berdoa dengan disertai usaha. Ia sadar bahwa usahanya akan sia-sia jika tidak mengharapkan ridla dari Allah swt. Begitu juga doanya tidak akan dikabulkan tanpa adanya usaha dari dirinya. Karena itu usaha saja tidak akan cukup tanpa adanya penyerahan diri kepada Allah swt dan terus berhusnudlan kepada-Nya. Dan, doa saja juga tidak cukup, tanpa adanya usaha untuk mewujudkan dalam kenyataan hidup.
Berdoa itu baik dilakukan secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan dipimpin oleh seorang imam. Dan, orang yang melakukan hal tersebut itu sangat dimuliakan oleh Allah swt. Kerena orang tersebut sadar benar bahwa dirinya adalah sosok manusia yang rendah.
Seseorang yang berdoa harus menjahui darinya dari makanan dan minuman yang haram. Hal ini berdasarkan hadis Nabi saw, di mana dikisahkan sahabat Sa’ad bin Abi Waqas berdiri seraya berkata, “Wahai Rasulullah, mohonlah kepada Allah, agar Allah menjadikanku sebagai orang yang dikabulkan doanya.”
Rasulullah saw bersabda, “Wahai paman Sa’ad, makanlah yang baik-baik niscaya doamu akan dikabulkan Allah.”
Selanjutnya Rasulullah saw menegaskan, “Demi diri Muhammad yang ada di bawah kekuasaan Allah, bahwa seseorang yang memasukkan makanan yang haram ke dalam perutnya tidak akan dikabulkan doanya selama 40 hari.”
Di jaman modern kecanggihan teknologi sangat membantu membuat doa-doa kita secara ajaib lebih mudah dan lebih cepat terjawab; insya Allah. Larry Dossey, M.D seorang dokter dari Texas, Amerika, dalam bukunya Healing Words: The Power of Prayer and The Practice of Medicine dan Prayer is Good Medicine mengatakan, “Sudah banyak penelitian bersifat ilmiah yang dilakukan para ahli untuk mengetahui pengaruh doa dalam penyembuhan. Sebagian besar dari penelitian tersebut memperlihatkan bahwa doa memang memiliki efek penyembuhan. Tak heran jika kini doa menjadi bagian yang penting dalam pengobatan modern.”
Masih menurut Dossey, ”Seorang peneliti senior dari National Institute for Healthcare Research di Rockville, Maryland, bernama David B. Larson M.D, juga pernah meneliti hubungan antara sikap spiritual dan kesehatan. Menurut Larson, berdoa secara teratur membantu mencegah datangnya penyakit yang bersifat fisik dan mental. Juga membantu kita menghadapi penyakit secara efektif.”
Para ahli yakin sistem kekebalan tubuh meningkat saat seseorang berada dalam keadaan tenang dan damai akibat efek dari meditasi dan doa. Doa yang memberikan suasana damai akan membuat tubuh seseorang tidak mengeluarkan hormon kortisol, hormon epinephrine, dan hormon norepinephrine. Yaitu, hormon-hormon yang mengalir keluar dari kelenjar adrenal yang mengakibatkan seseorang menjadi berpenyakit. Itu semua dapat dikendalikan dengan kebiasaan berdoa kepada Allah ta’ala. Sehingga seseorang yang terbiasa dapat meredakan stress.
Hormon-hormon di atas apabila keluar dari sarangnya. Kekebalan tubuh menjadi melemah dan hal itu dapat mengakibatkan munculnya gangguan kesehatan pada diri manusia di organ-organ seperti: jantung, syaraf, otak, radang usus, lambung, dan gangguan perut lainnya.
Juga termasuk keutamaan dalam berdoa dengan mengangkat tangan. Yang mana kedua telapak tangan yang terbuka di dalam berdoa, dapat memunculkan energi aura yang hebat. Di mana telapak tangan kanan dapat berfungsi menjadi berkekuatan terapis. Sedangkan pada telapak tangan kiri berfungsi sebagai anti-biotik; wa-llahu a’alam [ ]

No comments:

Post a Comment