Saturday, September 18, 2010

Ajaibnya Seorang Mukmin

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى عَنْ صُهَيْبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :﴿عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ﴾

Dari sahabat Abdurrahman bin Abi Ya’la dari sahabat Shuhaib r.hu, dia berkata telah bersabda Rasulullah saw,

”Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mukmin; yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.”

Kedudukan Hadis
Hadis ini merupakan hadis shahih dengan sanad sebagaimana di atas, melalui jalur Tsabit dari Abdurrahman bin Abi Laila, dari Shuhaib dari Rasulullah saw, dan diriwayatkan oleh: Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab al-Zuhud wa al-Raqa’iq, Bab al-Mu’min Amruhu Kulluhu Khair, hadis nomor 2999. Imam Ahmad bin Hambal dalam empat tempat dalam Musnadnya, yaitu hadis nomor 18455, 18360, 23406 & 23412. Diriwayatkan juga oleh Imam al-Darimi, dalam Sunannya, Kitab al-Riqaq, Bab al-Mu’min Yu’jaru Fi Kulli Syai’, hadis nomor 2777.

Pemahaman Hadis
’Ajaban. Artinya, menakjubkan.
Seorang mukmin oleh Rasulullah saw digambarkan sebagai seorang yang memukau dan mempunyai pesona yang tidak dimiliki oleh selain orang yang beriman. Pesona tersebut oleh Nabi saw dalam hadis di atas digambarkan dengan istilah ’ajaban’. Pesona berpangkal dari adanya positif thinking seorang mukmin. Ketika mendapatkan kebaikan, ia refleksikan dalam bentuk syukur terhadap Allah swt. Karena ia paham, hal tersebut merupakan anugerah Allah. Dan tidaklah Allah memberikan sesuatu kepadanya melainkan pasti sesuatu tersebut adalah positif baginya. Sebaliknya, jika ia mendapatkan suatu musibah, ia akan bersabar. Karena ia yakin, hal tersebut merupakan pemberian sekaligus cobaan bagi dirinya yang ada rahasia kebaikan di dalamnya. Sehingga refleksinya adalah dengan bersabar dan mengembalikan semuanya kepada Allah swt. Dengan begitu jelaslah bahwa kehidupan seorang muslim-mukmin pasti enjoy di dalam menjalani kehidupan ini.

Inna amrahu kulluhu khair. Artinya, segala urusannya adalah baik baginya.
Bagi kaum mukmin-muslim tidak ada yang namanya kerupekan, kesengsaraan apalagi sampai mengeluh melebihi batas kewajaran. Entah itu saat dirinya mendapat nikmat atau pun musibah. Semuanya ia hadapi dengan enjoy. Ia serahkan semua urusannya kepada Allah swt. Maka tidak heran jika seluruh urusannya pastilah membawa seorang yang beriman semakin SSB (sehat, sejahtera dan bahagia) hidupnya. Jika tidak SSB, maka patutlah dipertanyakan kemukminannya.

Syakara. Artinya, bersyukur.
Kata syukur sepadan dengan kata al-hamdu bedanya kata syukur lebih dekat pada pengucapan rasa terimakasih terhadap nikmat yang telah Allah swt anugerahkan kepada seseorang, sementara kata al-hamdu merupakan ungkapan rasa terimakasih dalam bentuk umum. Para ulama mendefinisikan syukur sebagai ungkapan aplikatif dengan menggunakan segala apa yang dianugerahkan Allah swt sesuai dengan tujuan penciptaan anugerah itu. Karena itu syukur terbagai pada tiga bagian; syukur i’tiqodi (bersyukur dalam bentuk keyakinan), syukur qauli (bersyukur dalam bentuk ucapan) dan syukur ‘amali (bersyukur dalam bentuk perbuatan dan perilaku). Jadi untuk mensyukuri suatu nikmat secara sempurna, seseorang harus mengetahui terlebih dahulu untuk apa nikmat tersebut diciptakan dan dianugerahkan Allah swt. Misalnya, untuk apa mata, telinga, akal dan alam ini diciptakan Allah swt. Jika telah ditemukan jawabannya, maka gunakanlah nikmat itu sesuai dengan tujuan yang dimaksud.

Shabara. Artinya, bersabar.
Sabar merupakan istilah dalam bahasa Arab yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia. Berasal dari kata shabara, yang membentuk infinitif (masdar) menjadi “shabran“. Dari segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah. Menguatkan makna seperti ini adalah firman Allah dalam al-qur’an,

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridlaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.”(Qs.al-Kahfi [18]: 28)

Sedangkan dari segi istilah, sabar adalah pengendalian diri (menahan diri) dari sifat kegundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah.
Dalam al-qur’an dan hadis banyak berbicara mengenai kesabaran. Jika ditelusuri ada 103 kali disebut dalam al-qur’an, baik berbentuk isim maupun fi’ilnya. Sedangkan di dalam hadis banyak sekali sabda Rasulullah yang menggambarkan kesabaran. Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi mencantumkan 29 hadis yang bertemakan sabar.
Dengan sifat sabar inilah seorang mukmin akan mencapai derajat yang mulia di sisi Allah swt. Sebagaimana difirmankan-Nya,

“…Dan orang-orang yang bersabar dalam kesulitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.” (Qs.al-Baqarah [2]: 177)

“Dan bersabarlah kamu karena sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar.” (Qs.al-Anfal [8]: 46)

Begitu pula dengan hadis-hadis Nabi saw yang banyak berbicara mengenai keutamaan orang-orang yang bersabar.

Perubahan Perilaku (Behavior Transformation)
1. Jadilah mukmin-muslim yang CC dengan neraca syari’at.
2. Hadapilah segala hal yang menimpa Anda dengan enjoy semata karena Allah.
3. Bersyukur ketika mendapat nikmat-Nya, sabar ketika menghadapi ujian dari-Nya. Maka beruntunglah kehidupan Anda.

Oase Pencerahan
Menjadi seorang mukmin adalah anugerah Allah swt yang tidak ternilai. Maka kita yang telah dianugerahi-Nya kemukminan harus terus menjaga anugerah itu. Jangan sampai hanya karena urusan-urusan dunia berani menggadaikan iman. Naudzubillah min dzalik.
Hidup di dunia memang tidak akan pernah lepas dari yang namanya ujian. Kadang ujian itu ringan, sedang dan kadang pula sangat berat. Semua itu bentuk kecintaan dan romantisme Allah kepada para hamba-Nya yang beriman. Semakin tinggi keimanan seorang hamba, maka semakin tinggi pula intensitas ujian dan cobaan yang diberikan oleh-Nya. Selanjutnya tinggal bagaimana seorang hamba menyikapi berbagai bentuk ujian tersebut. Sabar atau putus asa.
Bagi orang yang benar-benar beriman kepada Allah, tentu tidak ada dalam kamus kehidupannya yang namanya putus asa, sebab dirinya meyakini bahwa apa-apa yang menimpa dirinya adalah bersumber dari Dzat yang Maha-agung yakni Allah swt. Seorang mukmin akan selalu ber-positive thinking kepada Allah baik dikala mendapat nikmat maupun cobaan.
Sungguh sangat nikmat menjadi seorang mukmin. Sebab kehidupannya selalu membawa kepada kebaikan. Semoga Allah menganugerahi kita keimanan, keislaman dan ihsan yang terus meningkat. Yang ditandai dengan semakin menomor-satukan Allah, jujur dan ikhlas. Amiin.

2 comments: