Saturday, September 18, 2010

Siapa Orang Yang Rugi?

حَدَّثَنَا سَعْدِ بْنِ إِسْحَاقَ بْنِ كَعْبِ بْنِ عُجْرَةَ، عَنْ أَبِـيْهِ، عَنْ كَعْبِ بْنِ عُجْرَةَ قال: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
﴿ أَحْضِرُوْا الْمِنْـبَرَ، فَحَضَرْنَا فَلَمَّا ارْتَقَى دَرَجَةً قَالَ: آمِيْنَ، فَلَمَّا ارْتَقَى الدَّرَجَةَ الثَّانِيَةَ قَالَ: آميْنَ، فَلَمَّا ارْتَقَى الدَّرَجَةَ الثَّالِثَةَ قَالَ: آميْنَ، فَلَمَّا نَزَلَ قُلْنَا: يَارَسُوْلَ اللهِ، لَقَدْ سَمِعْنَا مِنْكَ الْيَوْمَ شَيْئًا مَا كُنَّا نَسْمَعُهُ قَالَ: إِنَّ جِبْرِيْلَ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَرَضَ لِيْ فَقَالَ: بَعُدَ لِمَنْ أَدْرَكَ رَمَضَانَ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ قُلْتُ: آميْنَ، فَلَمَّا رَقِيْتُ الثَّانِيَةَ قَالَ: بَعُدَ لِمَنْ ذُكِرَتْ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْكَ قُلْتُ: آميْنَ، فَلَمَّا رَقِيْتُ الثَّالِثَةَ قَالَ: بَعُدَ لِمَنْ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ الْكِبَرُ عِنْدَهُ أَوْ أَحَدُهُمَا فَلَمْ يُدْخِلاَهُ الْجَنَّةَ قُلْتُ: آمِيْنَ ﴾
Dari sahabat Ka’b bin ‘Ujrah r.hu ia berkata, Rasulullah saw bersabda,

“Datanglah ke mimbar.”
Kemudian, kami mendatangi mimbar. Ketika Rasulullah saw menaiki anak tangga, beliau membaca amin. Ketika naik anak tangga yang kedua, beliau membaca amin. Ketika menaiki mimbar yang ketiga, beliau membaca amin.
Setelah beliau turun kami bertanya, “Wahai Rasulullah, hari ini, kami mendengar sesuatu yang belum pernah kami dengar sebelumnya.”
Rasulullah saw bersabda, “Jibril mendatangiku dan berkata, “Sangat rugi orang yang bertemu dengan Ramadlan, namun tidak mendapatkan ampunan.” Aku membaca amin.”
Ketika menaiki tangga yang kedua, dia berkata, “Sangat rugi orang yang tidak bershalawat. Ketika nama Rasulullah disebut dihadapannya.” Aku membaca amin.”
Ketika aku menaiki tangga yang ketiga, dia berkata, “Sangat rugi orang yang masih bertemu dengan kedua orang tuanya atau salah satunya. Namun orang itu tidak masuk surga.” Aku membaca amin.”

Kedudukan Hadis
Terdapat dalam Shahih Hakim, Juz XVII, hadis nomor 7365, halaman 96. Kitab Shahih Ibnu Hibban, Juz II, hadis nomor 410, halaman 308. Kitab Thabrani, Juz XIV, hadis nomor 15647, halaman 14. Kitab Baihaqi, Juz IV, hadis nomor 1534, halaman 93. Dan, Kitab Ibnu Khuzaimah, Juz VII, hadis nomor 1781, halaman 117.

Pemahaman Hadis
1. Mimbar. Artinya, mimbar.
Mimbar adalah tempat untuk ber-khutbah. Di masjid nabawi terdapat mimbar nabi. Bentuknya bertingkat. Kebiasaan Nabi saw jika menaikinya dengan mendahulukan kaki kanan. Dan, medahulukan kaki kiri tatkala turun dari mimbar.
Keberadaan mimbar di sebuah masjid adalah sunnah. Mengenai model dan bentuk terserah gaya dan seni masing-masing daerah. Tidak ada ketentuan, yang penting fungsinya dapat digunakan untuk ber-khutbah, atau menyampaikan penyuluhan (taujihat).

2. Amin. Artinya, aku percaya.
Kata amin diulang tiga kali oleh Nabi saw, di saat menaiki mimbar. Adalah pernyataan Nabi saw yang membenarkan informasi yang disampaikan oleh malaikat Jibril as. Nabi saw benar-benar mempercayai apa-apa yang disampaikan oleh malaikat Jibril as.

3. Ba’uda li-man adraka Ramadlāna fa-lam yughfar lahu. Artinya, sangat rugi orang yang bertemu dengan Ramadlan, namun tidak mendapatkan ampunan.
Siapakah dia? Yaitu, seseorang yang melakukan puasa, tetapi tidak didasarkan iman dan kecerdasan pada dirinya. Sebab, telah dijamin oleh Rasulullah saw, bahwa seseorang yang melakukan puasa dengan dasar iman dan cerdas, maka diampuni dosanya oleh Allah ta’ala yang telah lalu.
Kunci pelaksanaan puasa, utamanya puasa Ramadlan, adalah keimanan dan keikhlasan. Ciri orang cerdas adalah ikhlas di dalam setiap berperilaku.
Berpuasa dengan niat yang salah. Lalu, tidak didasari dengan iman dan ikhlas karena Allah. Sungguh dialah orang yang merugi di bulan Ramadlan.

4. Ba’uda li-man dzukirat ‘indahu fa-lam yushalli ‘alaika. Artinya, sangat rugi orang yang tidak bershalawat. Ketika nama Rasulullah disebut dihadapannya.
Siapa nama Rasulullah saw, yakni Muhammad bin Abdullah. Inilah adat yang disepakati oleh Rasulullah saw sendiri. Diceritakan, beliau saw paling suka jika dipanggil dengan sebutan Rasulullah. Maka, jika nama Muhammad bin Abdullah Rasulullah saw disebut oleh seseorang, hendaknya yang mendengar terus menjawab dengan ber-shalawat kepada Nabi saw.
Bagaimana jika hanya menyebut Rasulullah saw? Sekalipun hanya menyebut Rasulullah, siapa pun yang mendengar hendaknya menyahutnya dengan ber-shalawat kepada beliau.
Bagaimana jika hanya menyebut nabi saja. Hendaknya lanjutkan dengan mengatakan, “Shallallahu ‘alaihi wa sallama.” Jika yang dimaksud nyata-nyata Rasulullah saw.
Sungguh mengalami kerugian, jika nama beliau saw disebut, atau mendengar nama beliau saw disebut, yang mendengar tidak mengucapkan salam kepada beliau. Menurut beliau saw, orang tersebut adalah seorang yang bakhil yang tidak mau khazanah surga.
Mulai saat ini giatlah menjawab shalawat nabi, jika ada seseorang yang menyebut nama beliau. Supaya tidak menjadi hamba Allah yang merugi. Pupuklah rasa cinta kepada Nabi saw dengan banyak membaca shalat dan menjawab shalawat nabi jika ada orang yang menyebut nama beliau saw.

5. Ba’uda li-man adraka abawaihil kibaru ‘indahu aw ahadu humā fa-lam yudkhilahul jannah. Artinya, sangat rugi orang yang masih bertemu dengan kedua orang tuanya atau salah satunya. Namun orang itu tidak masuk surga.
Berbahagialah seorang anak yang dengan tulus ikhlas dapat berbakti dan melayani kedua orang tuanya. Terlebih di saat kedua orang tuanya telah memasuki usia lanjut. Sungguh berat merawat kedua orang tua yang telah berusia lanjut. Apalagi kalau orang tua itu sakit-sakitan. Kuncinya hanya kesabaran dan selalu Berpikir Positif. Bahwa, kedua orang tua kita jauh lebih berat di saat merawat kita semenjak di dalam kandungan. Rasulullah saw bersabda,

“Celaka dia, celaka dia!”
Ada yang bertanya, “Siapa yang celaka, Rasulullah?” Rasulullah saw bersabda, “Orang yang masih bertemu dengan kedua orang tuanya atau salah satu dari meraka yang sudah berusia lanjut, namun dia tidak masuk surga.” (Hr.Muslim; dari sahabat Abu Hurairah r.hu).

Ridla Allah ta’ala menanti ridla kedua orang tua kita. Maka, apa pun yang terjadi, kita sebagai anak tetap harus berendah hati dan Berpikir Positif kepada kedua orang tua kita. Utamanya, jika keduanya telah wafat.
Suatu kebahagiaan jika kedua orang tua kita masih hidup. Tak henti-hentinya kita memohon, agar keduanya sudi kiranya mendoakan kepada Allah ta’ala, supaya kita menjadi orang yang terampuni di sisi Allah swt. Kelak menjadi penghuni surga bersama Rasulullah saw.
Sebagai anak kita memiliki kewajiban kepada keduanya. Untuk selalu menyayanginya di usia lanjut. Terutama jika keduanya atau salah satunya dianugerahi oleh Allah sakit-sakitan. Kita harus benar-benar ekstra sabar. Kesabaran itulah yang nanati akan menjadi tiket menuju surga; insya Allah.
Sebuah kerugian terbesar sepanjang kehidupan anak manusia. Jika dirinya telah menjadi anak durhaka. Di dunia terkutuk, di akhirat pasti masuk neraka. Sebab, dia mendapatkan murka dari Allah swt; na’udzu billah. Itulah yang disebut Rasulullah saw sebagai orang yang celaka.

6. Jibril. Artinya, malaikat Jibril as.
Dia adalah malaikat Allah swt yang sangat kuat. Ketika ayat-ayat Allah dibacakan di Baitul Makmur. Karenanya, dialah yang mendapatkan tugas menyampaikan wahyu kepada para nabi dan rasul. Sampai nabi dan rasul terakhir, Rasulullah saw.
Dengan perintah Allah swt, malaikat Jibril menemui Nabi saw untuk menyampaikan informasi mengenai ketigal pokok tersebut. Diharapkan, kaum muslimin-mukmin tidak melakukan kesalahan seperti apa yang telah diwartakan malaikat Jibril kepada Rasulullah saw.

Pembelajaran Sifat (Character Learning)
Sahabat Abu Darda’ r.hu meriwayatkan, “Ada seorang laki-laki mendatanginya, dan berkata, “Ibu menyuruh saya menceraikan isteri saya.”
Sahabat Abu Darda’ r.hu berkata, “Saya pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, “Orang tua adalah jembatan menuju surga.” Jika kamu mau, silahkan tinggalkan jembatan itu atau pertahankanlah” (Hr.Ibnu Majah).

Perubahan Perilaku (Behavior Transformation)
1. Miliki mindSET untuk dapat meninggalkan perbuatan buruk yang disampaikan malaikat Jibril kepada Nabi saw.
2. Menunaikan puasa Ramadlan dengan dasar iman dan ikhlas. Inilah seorang hamba yang cerdas di dalam beribadah.
3. Perbanyaklah membaca shalawat nabi dengan tulus ikhlas. Juga, gemarlah di dalam menjawab shalawat ketika nama Nabi saw disebut.
4. Berbaktilah kepada kedua orang tua, dengan disertai sikap mental dan perilaku tawadlu’, husnudhan, dan sabar.

Oase Pencerahan
Islam adalah akhlak. Yakni, budi pekerti yang mulia yang menjadikan si pelaku menjadi terhormat, berderajat, berwibawa, dekat dengan Allah ta’ala, dicintai Rasulullah saw, dan disayangi segenap makhluk Allah.
Ketiga pesan yang tercantum dalam Pembelajaran Sifat dalam hadis pembahasan kali ini. Berpusat kepada terimplementasinya sebuah akhlak harian seorang muslim-mukmin di kehidupan sehari-hari.
Nabi Muhammad saw diutus ke dunia oleh Allah tabaraka wa ta’ala, jelas untuk menyempurnakan akhlak umat manusia. Yang ketika itu mengalami dekadensi moral hampir disegenap penjuru dunia, tidak saja di Jazirah Arabia. Maka, dengan ajaran Islam, akhlak umat manusia dapat dibangun ulang menjadi lebih aplikatif, progresif, kreatif, dan inovatif.
Karenanya, Islam sebagai agama tidak saja hanya mengurusi wilayah-wilayah teologis-doktriner. Tetapi, juga melakukan pemberdayaan dan pembebasan kepada segenap umat manusia di mana pun berada. Dari mereka yang mengalami ketertindasan dan ketidak-berdayaan. Dan, kunci dari semuanya adalah bagusnya akhlak dan adab Islam.
Ketiga pilar yang hendak dibangun oleh Islam, yakni menjadi orang yang iman lagi ikhlas, yang dicerminkan dengan keberhasilan di puasa Ramadlan dengan membawa ampunan-Nya. Yang kedua, mencintai Nabi saw dengan tulus ikhlas. Dan, yang ketiga, berbakti kepada kedua orang tuanya, baik ketika masih hidup maupun setelah wafat.
Maka, apabila sebuah masyarakat memiliki ketiga pilar akhlak dan adab Islam seperti disebutkan dalam hadis di atas. Dengan cepat Islam akan mengalami pemberdayaan yang signifikansi dengan peningkatan sikap keagamaan yang berupa: imani, islami, dan ihsani. Di samping juga mengalami peningkatan berupa sikap keberagamaan yang berupa: Sehat; Sejahtera; dan Bahagia (SSB).
Apa yang disampaikan Jibril as kepada Nabi saw, jika dimiliki seorang muslim-mukmin, atau seorang manusia siapa pun dia. Niscaya hidupnya tidak: imani, islami, dan ihsani. Di samping juga mengalami kehidupan yang tidak: Sehat; Sejahtera; dan Bahagia.
Seseorang yang hidupnya tidak memiliki triple i dan SSB. Dijamin dia tidak dapat hidup dengan seimbang dan santun. Otomatis gagallah dia sebagai seorang muslim-mukmin di kehidupan ini. Di mana ciri seorang muslim-mukmin manakala di kehidupannya: Seimbang; Harmonis; dan Santun (SHS). [ ]

1 comment: