Saturday, September 18, 2010

Ingin Puasa Setahun Penuh? Puasa Syawal Aja!

عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ حَدَّثَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:﴿مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ﴾
Dari Sahabat Abu Ayyub al-Anshari r.hu bahwasanya Rasulullah saw telah bersabda,

"Barangsiapa yang telah berpuasa Ramadlan kemudian mengikutinya dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa setahun penuh”.

Kedudukan Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya pada bab Istihbabu Shaumi Sittati Ayyam min Syawwal juz VI halaman 66 hadis nomor 1984. Imam Timidzi dalam Sunannya pada bab Ma Jaa fi Shiyami Sittati Ayyam min Syawwal juz III halaman 227 hadis nomor 690. Imam Ahmad, Thabrani dan Baihaqi juga meriwayatkan hadis ini dalam kitab-kitabnya.

Kunci kalimat (Miftāhul Kalām)
﴿ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ﴾
“Kemudian mengikutinya dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal”

Bulan Ramadlan, bulan yang di dalamnya Allah memberikan keistimewaan tersendiri dari bulan-bulan lain telah kita lalui. Selama satu bulan penuh kita telah dilatih dan dididik untuk bisa mengendalikan hawa nafsu. Keberhasilan ’pendidikan ruh’ yang ada di bulan Ramadlan dapat kita lihat pasca bulan Ramadlan. Adakah perubahan perilaku (Behavior Transformation) yang signifikansi dengan al-qur’an dan hadis atau tidak. Jika tidak ada berarti penggemblenngan selama satu bulan penuh di bulan Ramadlan tidak bisa merubah perilaku kita ke arah yang lebih baik lagi.
Bagi seorang muslim mukmin yang mengalami perubahan perilaku (Behavior Transformation) berarti dirinya telah berhasil menjalani pendidikan ruh yang ada di bulan Ramadlan. Dirinya sadar betul bahwa setelah Ramadlan inilah tantangan yang sebenarnya di dalam pengabdian kepada Allah swt. Sebab setelah bulan Ramadlan musuh utama manusia, yakni setan telah bebas berkeliaran kembali. Berkolaborasinya setan dengan hawa nafsu tentu akan menjadi kekuatan yang sangat mengerikan, yang siap menjerumuskan manusia ke dalam lembah kehinaan di dunia dan di akhirat.
Setelah Ramadlan berakhir kini kita telah masuk di bulan Syawal. Pada tanggal satu Syawal kemarin kita telah merayakan hari kemenangan. Di mana setelah menjalani puasa sebulan penuh, Allah swt memberi hadiah berupa Hari raya Idul Fitri. Yang di dalamnya diharamkan berpuasa. Akan tetapi setelah Hari Raya Idul Fitri pada tanggal 1 Syawal. Dinul Islam mengajarkan kepada para pemeluknya agar melakukan puasa sunnah selama 6 hari di bulan ini.
Seperti sabda Rasulullah dalam hadis di atas bahwa keutamaan barangsiapa yang berpuasa Ramadlan kemudian mengikutinya dengan berpuasa 6 hari di bulan Syawal, maka seolah-olah dia seperti berpuasa selama satu tahun penuh. Hal ini tentu menjadi motivasi bagi seorang muslim-mukmin untuk menjalaninya dengan CC 100% mengikuti sunnah Rasulullah saw.

Pemahaman Hadis
Shama ramadlana. Artinya, puasa Ramadlan.
Puasa Ramadlan adalah puasa yang dilaksanakan pada pada bulan Ramadlan. Seperti kita ketahui, bulan Ramadlan adalah bulan di mana diwajibkannya berpuasa bagi orang-orang yang beriman. Hal ini seperti difirmankan oleh Allah swt dalam al-qur’an,

”Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu menjadi orang yang bertakwa.”(Qs.al-Baqarah [2] ).

Pada bulan Ramadlan Allah swt melipatgandakan pahala kebaikan yang dikerjakan oleh seorang hamba. Pada bulan ini pula adala malam yang sangat istemawa yakni malam lailatul qadar yang nilai kebaikannya lebih baik dari seribu bulan.

Sittan min syawwal. Artinya, enam hari dari bulan Syawal.
Puasa 6 hari di bulan Syawal sangat dianjurkan. Hal ini berdasar pada hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Ayyub Al Anshoriy di atas. Cara mengerjakan puasa ini sebagaimana diterangkan oleh Imam Nawawi dalam Syarah muslim bahwa yang paling afdhol (utama) melakukan puasa syawal secara berturut-turut (sehari) setelah shalat ‘Idul Fithri. Namun jika tidak berurutan atau diakhirkan hingga akhir Syawal maka seseorang tetap mendapatkan keutamaan puasa syawal setelah sebelumnya melakukan puasa Ramadlan.” Oleh karena itu, boleh saja seseorang berpuasa syawal tiga hari setelah Idul Fithri misalnya, baik secara berturut-turut ataupun tidak, karena dalam hal ini ada kelonggaran. Namun, apabila seseorang berpuasa syawal hingga keluar waktu (bulan Syawal) karena bermalas-malasan maka dia tidak akan mendapatkan ganjaran puasa syawal.
Dan Apabila seseorang memiliki udzur (halangan) seperti sakit, dalam keadaan nifas, sebagai musafir, sehingga tidak berpuasa enam hari di bulan syawal, maka boleh orang seperti ini meng-qodho’ (mengganti) puasa syawal tersebut di bulan Dzulqa’dah. Hal ini tidaklah mengapa. Kemudian jika seseorang yang masih mempunyai tanggungan puasa Ramadlan sebaiknya cepat diqodla puasa yang ditinggalkan selama bulan Ramadlan tersebut.
Bagi Anda yang mempunyai tanggungan puasa Ramadlan. Mungkin karena udzur syar’i Anda tidak dapat berpuasa pada bulan Ramadlan. Maka dahulukanlah untuk meng-qadha puasa Ramadlan yang Anda tinggalkan itu dari pada puasa sunnah syawwal. Setelah itu baru berpuasa sunnah syawal. Alasannya tentu saja perkara yang wajib harus diutamakan dari pada perkara sunnah. Selain itu kita bisa lihat dari hadis nabi saw di atas, ”Barangsiapa berpuasa Ramadlan”. Jadi apabila puasa Ramadlannya belum sempurna karena masih ada tanggungan puasa, maka tanggungan tersebut harus ditunaikan terlebih dahulu agar mendapatkan pahala semisal puasa setahun penuh. Adapun puasa sunnah selain puasa Syawal, maka boleh seseorang mendahulukannya dari mengqodha’ puasa yang wajib selama masih ada waktu lapang untuk menunaikan puasa sunnah tersebut. Dan puasa sunnahnya tetap sah dan tidak berdosa.

Kashiyamid dahri. Artinya, seperti puasa setahun penuh.
Dalam hadis di atas Rasulullah saw memberikan informasi bahwa barang siapa mengerjakan puasa Ramadlan lalu mengikutinya dengan puasa sunnah Syawal seselama enam hari maka seolah-lah dia telah berpuasa sebulan penuh. Ini tentu menjadi motivasi bagi kita untuk terus memperbaiki puasa Ramadlan yang kita jalani kemudian mengerjakan puasa sunnah enam hari di bulan Syawal dengan kualitas serupa. Para ulama mengatakan bahwa berpuasa seperti setahun penuh asalnya karena setiap kebaikan semisal dengan sepuluh kebaikan yang semisal. Bulan Ramadlan (puasa sebulan penuh, -pen) sama dengan (berpuasa) selama sepuluh bulan (30 x 10 = 300 hari = 10 bulan) dan puasa enam hari di bulan Syawal sama dengan (berpuasa) selama dua bulan (6 x 10 = 60 hari = 2 bulan) (Syarh Muslim, 4/186, Mawqi’ al-Islam, asy-Syamilah). Hal ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah saw dalam hadis lain,

“Barangsiapa berpuasa enam hari setelah Idul Fitri, maka dia seperti berpuasa setahun penuh. (Hr. Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban, dari Tsauban –bekas budak Rasulullah saw. Syaikh al-Albani mengatakan bahwa hadis ini shahih. Lihat Shahih at-Targhib wa at-Tarhib no. 1007)

”Barangsiapa berbuat satu kebaikan, maka baginya sepuluh kebaikan semisal.”(Qs. al-An’am [ ]:160).

Satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan semisal dan inilah balasan kebaikan yang paling minimal. (Fathul Qodir, asy-Syaukani, 3/6, Mawqi’ at-Tafaasir, asy-Syamilah dan Taisir al-Karimir Rahman, ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, hal. 282, Muassasah ar-Risalah). Inilah nikmat yang luar biasa yang Allah berikan pada umat Rasulullah saw. Sungguh luar biasa.

Perubahan Perilaku (Behavior Transformation)
1. Berpuasa Ramadlan dengan baik dan benar.
2. Dahulukan meng-qadha’ puasa Ramadlan, dari pada puasa sunnah Syawal.
3. Jika Berpuasa Syawal usahakan secara berurutan, sebab itu yang lebih utama.
4. Kerjakan puasa sunnah Syawal semata karena Allah dan meneladani Rasulullah saw.

Oase Pencerahan
Puasa Ramadlan yang dirangkai dengan puasa sunnah Syawal menyamai pahala puasa selama setahun penuh. Karena setiap hasanah (kebaikan) diganjar sepulah kali kelipatannya. Membiasakan puasa sunnah Syawal mempunyai banyak sekali manfaat antara lain: Puasa enam hari di bulan Syawal setelah Ramadlan, merupakan pelengkap dan penyempurna pahala dari puasa setahun penuh. Kedua, puasa Syawal dan Sya'ban bagaikan shalat sunnah rawathib, berfungsi sebagai penyempurna dari kekurangan, karena pada hari Kiamat nanti perbuatan-perbuatan fardlu akan disempurnakan (dilengkapi) dengan perbuatan-perbuatan sunnah. Sebagaimana keterangan yang datang dari Nabi saw di berbagai riwayat. Mayoritas puasa fardlu yang dilakukan kaum muslimin memiliki kekurangan dan ketidaksempurnaan, maka hal itu membutuhkan sesuatu yang menutupi dan menyempurnakannya di antaranya adalah dengan berpuasa sunnah Syawal. Ketiga, membiasakan puasa setelah Ramadlan menandakan diterimanya puasa Ramadlan, karena apabila Allah swt menerima amal seseorang hamba, pasti Dia menolongnya dalam meningkatkan perbuatan baik setelahnya. Sebagian orang bijak mengatakan, "Pahala amal kebaikan adalah kebaikan yang ada sesudahnya." Oleh karena itu barangsiapa mengerjakan kebaikan kemudian melanjutkannya dengan kebaikan lain, maka hal itu merupakan tanda atas terkabulnya amal pertama. Demikian pula sebaliknya, jika seseorang melakukan sesuatu kebaikan lalu diikuti dengan yang buruk, maka hal itu merupakan tanda tertolaknya amal yang pertama. Keempat, merupakan bentuk dan manifestasi dari rasa syukur kepada Allah swt. Kelima, puasa enam hari di bulan Syawal menandakan bahwa ibadahnya kontinyu dan bukan musiman saja, Sebagian manusia begitu bergembira dengan berakhirnya bulan Ramadlan karena mereka merasa berat ketika berpuasa dan merasa bosan ketika menjalaninya. Siapa yang memiliki perasaan semacam ini, maka dia terlihat tidak akan bersegera melaksanakan puasa lagi setelah Ramadhan karena kepenatan yang ia alami. Jadi, apabila seseorang segera melaksanakan puasa setelah hari ’ied, maka itu merupakan tanda bahwa ia begitu semangat untuk melaksanakan puasa, tidak merasa berat dan tidak ada rasa benci. Dan ini merupakan tanda berhasilnya pendidikan ruhaniah yang dijalani seorang hamba di bulan Ramadlan.
Semoga Allah senantiasa memberi taufik kepada kita untuk istiqomah dalam ketaatan hingga maut menjemput. Semoga Allah menerima amalan kita semua di bulan Ramadlan dan memudahkan kita untuk menyempurnakannya dengan melakukan puasa Syawal. Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.

No comments:

Post a Comment