Friday, September 3, 2010

Sunnah Khulafa’ur Rasyidin

Sunnah Khulafa’ur Rasyidin


عَن أبي نَجَيْحٍ الْعِرْبَاضِ بنِ ساريةَ d قال: وَعَظَنَا رسولُ الله j موعظةً وجلَتْ منها القلوبُ وذرفَتْ منها العيونُ فقال:


﴿ يَارَسُوْلَ اللهِ كَأَنَّهَا مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَأَوْصِنَا، قَالَ: أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ، وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدُ، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيْراً، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ، عَضُّواْ عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ ﴾ (( رواه أبو داود والترمذى، وقال حديث حسن صحيح ))


Dari sahabat Abu Nujaih bin Sariah r.hu, dia berkata, “Rasulullah saw menasehati kita dengan nasehat perpisahan yang mengetarkan hati, dan membuat air mata bercucuran. Kami bertanya,


“Wahai Rasulullah, sepertinya ini nasehat perpisahan. Karena itu berilah kami wasiat.

Nabi saw bersabda, “Aku memberi wasiat kepadamu, agar tetap bertakwa kepada Allah azza wa jalla, mendengar, dan menaati-[Nya]; walaupun yang memerintahmu adalah seorang hamba sahaya dari negeri Habasyah. Sesungguhnya, barangsiapa di antara kalian masih hidup, niscaya akan menyaksikan banyak perselisihan. Karena itu berpegang-teguhlah dengan sunnahku dan sunnah para Khulafa’ur Rasyidin al-Mahdiyyin. Gigitlah ia dengan gigi geraham. Jauhilah hal-hal yang baru, karena setiap yang baru terdapat bid’ah yang sesat” (Hr.Abu Dawud, Kitâb Sunan, hadis nomor 4607. Dan, Hr.Tirmidzi, Kitâb Sunan, hadis nomor 2687. Di berkata, “Hadis ini hasan shahih.” Kitâb Arba’in Nawawiah, no.28).


Kedudukan Hadis

Dalam doktrin keagamaan dan keberagamaan kita. Hadis ini memiliki kedudukan yang sangat penting. Di mana Nabi saw sangat menekankan kepada beberapa aspek kehidupan, yang harus dipegangi oleh seorang muslim. Di antara yang harus dijadikan pegangan adalah sunnah Rasulullah saw dan sunnah para Khulafa’ur Rasyidin. Meninggalkan kedua sunnah itu, pasti kehidupan umat Islam akan mengalami kehancuran di sana-sini.

Di samping itu Nabi saw juga menekankan kepada kaum muslimin, supaya taat dengan para pemimpin muslim. Siapa pun dia, termasuk sekalipun pempimpin itu berasal dari seorang budak. Asalkan dia CC 100% dengan dinul Islam. Sebagai seorang rakyat harus taat kepada kepemimpinannya.

Karenanya, Nabi saw juga menegaskan agar seorang muslim mukmin di keseharian hidupnya itu jangan mengambil jalan bid’ah yang sesat. Bid’ah yang sesat akan mengantarkan pelakunya mendekam di neraka-Nya.


Kunci Kata

)) فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيْراً، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ ((

“Sesungguhnya, barangsiapa di antara kalian masih hidup, niscaya akan menyaksikan banyak perselisihan. Karena itu berpegang-teguhlah dengan sunnahku dan sunnah para Khulafâ’ur Râsyidîn al-Mahdiyyîn” (Hr.Abu Dawud, Kitâb Sunan, hadis nomor 4607. Dan, Hr.Tirmidzi, Kitâb Sunan, hadis nomor 2687. Di berkata, “Hadis ini hasan shahih.” Kitâb Arba’in Nawawiah, no.28).


Peganglah dua sunnah apabila kita ingin selamat di dunia dan di akhirat. Yaitu, sunnah Nabi saw dan sunnah Khulafa’ur Rasyidin. Ini sangat berguna di dalam menyikapi terjadinya banyak perbedaan dan perselisihan pada tubuh umat Islam. Apabila mendahulukan wahyu, insya Allah tidak akan terjadi perselisihan. Itu sangat berbeda, jikalau kita mendahulukan hawa nafsu di dalam memiliki semangat keagamaan. Maka, yang muncul adalah semangat untuk mau menangnya sendiri.

Dinul Islam terlalu luas untuk dapat dipahami seseorang atau sekelompok orang. Adalah, kedua sunnah itulah yang menjadi alat bantu di dalam memahami pesan-pesan dinul Islam. Sekarang saatlah yang tepat untuk merapatkan shaff sosial umat Islam. Hanya dengan shaff sosial yang rapatlah, kaum muslimin akan kembali berdaya dalam ikut berperan-serta di kehidupan dunianya.

Sebuah kerugian terbesar di kehidupan seorang muslim mukmin, manakala di dalam dirinya masih belum mampu mencintai saudaranya sesama muslim.


Pemahaman Hadis

1. Yang Dinasehati Itu Hatinya.

Nabi saw memberikan Pembelajaran Sifat (Character Learning) kepada kita. Bahwa, yang dinasehati dari seseorang itu adalah hatinya. Seorang manusia menolak seruan kebaikan itu lebih dikarenakan hatinya yang mati, bukan matanya yang buta. Terbukti, banyak orang matanya dapat melihat, tetapi mereka mengingkari risalah Nabi saw dan Neraca Syariat-Nya. Itu disebabkan, hatinya yang buta.

!$tBur |MRr& ω»ygÎ/ Ç‘÷Kãèø9$# `tã öNÎgÏFn=»n=|Ê ( bÎ) ßìÏJó¡è@ žwÎ) `tB ß`ÏB÷sム$uZÏG»tƒ$t«Î/ Nßgsù tbqßJÎ=ó¡•B

"Dan, kamu sekali-kali tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta [mata hatinya] dari kesesatannya. Dan, kamu tidak dapat memperdengarkan [petunjuk Allah] melainkan kepada orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami. Mereka itulah orang-orang yang berserah diri [kepada Kami]” (Qs.ar-Rûm [30]: 53).


Oleh sebab itu dalam memberikan nasehat kepada seseorang itu, hendaklah memenuhi beberapa kriteria di bawah ini:

a. Pilih tema yang tepat.

b. Memiliki relevansi dan signifikansi dengan pendengarnya (audien).

c. Ekonomis bahasa.

d. Perhatikan waktu dan kondisinya.

2. Nasehat Yang Sukses.

Kesuksesan suatu nasehat, manakala orang yang dinasehatinya mau menerima. Kemudian, dia melakukan Perubahan Perilaku (Behavior Transformation). Guna menghasilkan nasehat yang sukses, ada beberapa tips yang perlu diperhatikan:

a. Memiliki semangat menomor-satukan Allah.

Nasehat yang dilakukannya, semata hanya mengharapkan ridla-Nya. Karenanya, di dalam memberikan nasehat, semangat yang dimilikinya, adalah semangat untuk terus menomor-satukan Allah. Inilah dasar utama dalam memberikan nasehat kepada sesama saudara muslim; termasuk kepada segenap umat manusia. Sayang dasar ini banyak dilalaikan para penyeru agama kita.

b. Memiliki semangat kejujuran yang tinggi.

Dalam memberikan nasehat, si pemberi nasehat haruslah CC 100% dengan kejujuran. Jujur dalam berkata, berpikir, dan berbuat. Karenanya, dia layak untuk menjadi teladan. Tanpa kejujuran dari si pemberi nasehat. Nasehat yang disampaikan tidaklah dapat memberikan kemanfaatan yang berarti.

c. Memiliki semangat keikhlasan dalam melakukannya.

Ketika memberikan nasehat haruslah ikhlas. Tidak ada artinya, apabila dalam memberikan nasehat tidak ikhlas. Keikhlasan adalah kata kunci dalam sebuah keberhasilan suatu perbuatan. Sebab, keikhlasan memiliki pengaruh langsung dalam terjadinya Perubahan Perilaku. Tanpa didasarkan pada keikhlasan dalam memberikan nasehat, rasanya sulit sebuah nasehat itu dapat merubah perilaku seseorang.

3. Wasiat Takwa.

Materi pokok yang diberikan dalam memberikan nasehat keberagamaan, adalah mengajak dan menyeru kepada takwa. Yaitu, takut apabila segenap perbuatannya mendapatkan murka-Nya dan amal ibadahnya tidak diterima-Nya. Di samping takut mendapatkan laknat Rasulullah saw. Mengenai wasiat takwa ini banyak terdapat dinyatakan dalam firman-Nya dan sabda Nabi saw.

4. Keutamaan Sahabat.

Siapa pun pasti mengakuinya, bahwa kualitas keagamaan dan keberagamaan para sahabat Nabi saw sangat unggul. Mereka adalah para hamba Allah yang telah memiliki masa depan yang jelas; yakni surga-Nya. Mengenai hal ini Allah telah menyatakan dalam firman-Nya,

#sŒÎ)ur (#qãèÏJy™ !$tB tAÌ“Ré& ’n<Î) ÉAqß™§�9$# #“t�s? óOßguZãŠôãr& âÙ‹Ïÿs? šÆÏB ÆìøB¤$!$# $£JÏB (#qèùz�tä z`ÏB Èd,ysø9$# ( tbqä9qà)tƒ !$uZ­/u‘ $¨YtB#uä $uZö;çGø.$$sù yìtB tûïωÎg»¤±9$#

“Dan, apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada rasul [Muhammad]. Kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata. Disebabkan kebenaran [al-qur`an] yang telah mereka ketahui [dari kitab-kitab mereka sendiri], seraya berkata, "Wahai Rabb kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi [atas kebenaran al-qur`an dan kenabian Muhammad saw]” (Qs.al-Mâ`idah [5]: 83).


$yJ¯RÎ) šcqãZÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# #sŒÎ) t�Ï.èŒ ª!$# ôMn=Å_ur öNåkæ5qè=è% #sŒÎ)ur ôMu‹Î=è? öNÍköŽn=tã ¼çmçG»tƒ#uä öNåkøEyŠ#y— $YZ»yJƒÎ) 4’n?tãur óOÎgÎn/u‘ tbqè=©.uqtGtƒ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka. Apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka [karenanya]. Dan, hanya kepada Rabb-lah mereka bertawakkal” (Qs.al-Anfâl [8]: 2).


šcqà)Î6»¡¡9$#ur tbqä9¨rF{$# z`ÏB tûïÌ�Éf»ygßJø9$# Í‘$|ÁRF{$#ur tûïÏ%©!$#ur Nèdqãèt7¨?$# 9`»|¡ômÎ*Î/ š†Å̧‘ ª!$# öNåk÷]tã (#qàÊu‘ur çm÷Ztã £‰tãr&ur öNçlm; ;M»¨Zy_ “Ì�ôfs? $ygtFøtrB ã�»yg÷RF{$# tûïÏ$Î#»yz !$pkŽÏù #Y‰t/r& 4 y7Ï9ºsŒ ã—öqxÿø9$# ãLìÏàyèø9$#

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama [masuk Islam] dari golongan muhajirin, anshar, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Allah ridla kepada mereka dan mereka pun ridla kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar” (Qs.at-Taubah [9]: 100).


5. Wasiat Sami’na wa Atha’na.

Pentingnya seorang muslim mukmin memiliki sifat sami’na wa atha’na di keseharian hidupnya. Yakni, kepada Allah, Rasulullah saw, dan pemimpinnya. Telah dinyatakan-Nya,

$pkš‰r'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qãè‹ÏÛr& ©!$# (#qãè‹ÏÛr&ur tAqß™§�9$# ’Í<'ré&ur Í�öDF{$# óOä3ZÏB ( bÎ*sù ÷Läêôãt“»uZs? ’Îû &äóÓx« çnr–Šã�sù ’n<Î) «!$# ÉAqß™§�9$#ur bÎ) ÷LäêYä. tbqãZÏB÷sè? «!$$Î/ ÏQöqu‹ø9$#ur Ì�ÅzFy$# 4 y7Ï9ºsŒ ׎ö�yz ß`|¡ômr&ur ¸xƒÍrù's?

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, taatilah rasul-[Nya], dan ulil amri di antara kalian. Kemudian, jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah [al-qur`an] dan rasul [sunnahnya]. Jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama [bagi kalian] dan lebih baik akibatnya” (Qs.an-Nisâ` [4]: 59).


z`tB#uä ãAqß™§�9$# !$yJÎ/ tAÌ“Ré& Ïmø‹s9Î) `ÏB ¾ÏmÎn/§‘ tbqãZÏB÷sßJø9$#ur 4 <@ä. z`tB#uä «!$$Î/ ¾ÏmÏFs3Í´¯»n=tBur ¾ÏmÎ7çFä.ur ¾Ï&Î#ß™â‘ur Ÿw ä-Ìh�xÿçR šú÷üt/ 7‰ymr& `ÏiB ¾Ï&Î#ß™•‘ 4 (#qä9$s%ur $uZ÷èÏJy™ $oY÷èsÛr&ur ( y7tR#t�øÿäî $oY­/u‘ š�ø‹s9Î)ur çŽ�ÅÁyJø9$#

Rasul telah beriman kepada al-qur`an yang diturunkan kepadanya dari Rabb-nya. Demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. [Mereka mengatakan], "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun [dengan yang lain] dari rasul-rasul-Nya." Dan, mereka mengatakan, "Kami dengar dan kami taat." [Mereka berdoa], "Ampunilah kami wahai Rabb kami, dan kepada Engkau-lah tempat kembali." (Qs.al-Baqarah [2]: 285).


6. Ancaman Bagi Pelaku Bid’ah.

Bagi pelaku bid’ah dalam dinul Islam diancamkan padanya neraka. Seorang ahli bid’ah adalah perusak dinul Islam dari dalam. Hindarilah para ahli bid’ah. Dan, sebagai seorang mukmin sangat berkewajiban meninggalkan segenap perilaku bid’ah dalam keagamaan.

7. Hukum Wasiat.

Seorang muslim mukmin disunnahkan memberikan wasiat, saat hendak melakukan perpisahan. Utamanya, setelah merasa bahwa batas waktu kehidupan dirasa telah mendekati masa akhir. Wasiat yang dimaksud, adalah wasiat yang dapat memberikan kemaslahatan dan kemanfaatan dlahir-bathin di dunia dan di akhirat.

8. Jangan Mengada-Ada Dalam Urusan Agama.

Seorang muslim mukmin sangat dilarang keras mengada-ada dalam urusan dinul Islam. Pasti hal itu tertolak di sisi-Nya. Dalam urusan keagamaan keislaman telah final. Eksistensi Nabi saw dan al-qur`an merupakan penyempurna bagi segenap syariat-Nya.


Perubahan Perilaku

1. Harus bertakwa kepada-Nya.

2. Bersikap sami’na wa atha’na terhadap Allah, Rasulullah saw, dan pemimpin kaum muslimin.

3. Berpegang kuat dengan sunnah Nabi saw dan sunnah Khulafa’ur Rasyidin.

4. Tinggalkan praktek keagamaan yang mengada-ada.

5. Membiasakan diri memberi nasehat kepada sesama saudara muslim. Dan, senang hati apabila ada saudaranya yang masih mau memberikan nasehat.


Kesimpulan

a. Kewajiban seorang alim menasarufkan ilmu pengetahuan diniahnya kepada umat, tanpa harus mempersulit umatnya.

b. Ketaatan kepada pemimpin, selagi pemimpin itu tidak bertentangan dengan Neraca Syariat.

c. Seorang alim harus menjadikan pedoman peri kehidupannya kepada sunnah Nabi saw dan sunnah Khulafa’ur Rasyidin.

d. Yang menyelesihi sunnah Nabi saw, adalah bid’ah dalam keagamaan yang wajib ditinggalkan dan dijauhi. []

No comments:

Post a Comment