Saturday, September 18, 2010

Ingin Banyak Rizeki & Panjang Umur?

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ أَخْبَرَنِي أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ﴿مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ﴾

Dari sahabat Ibnu Syihab r.hu, dia berkata, telah memberitahuku Anas bin Malilk r.hu sesungguhnya Rasulullah saw bersabda,

”Barangsiapa yang senang untuk dilapangkan rizekinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah dia menyambung tali silaturrahim.”

Kedudukan Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukahri dalam Shahihnya pada Kitabul Adab, bab Man Busitha Lahu Minar Rizqi bi Shilatirrahim juz XVIII halaman 386 hadis nomor 5527. Imam Muslim dalam Shahihnya Kitabul Birri Wal Shilah Wal Adab, bab Shilaturrahim Wa Tahrimu Qathi’atiha, juz XII halaman 411 hadis nomor 4639. Imam Tirmidzi juga meriwayatkan hadis ini dalam Jami’nya pada hadis nomor 1865. Begitu pula Ibnu Majjah dan Imam Ahmad juga meriwayatkan hadis serupa.

Pemahaman Hadis
Yubsatha lahu fī rizkihi. Artinya, dilapangkan, dimudahkan atau diluaskan rizekinya.
Semua orang pasti ingin diluaskan rizekinya. Hidup berkecukupan, di mana semua kebutuhannya dapat terpenuhi. Mulai dari kebutuhan primer sampai sekunder. Mulai dari kebutuhan rutin hingga insidentil. Mulai dari kebutuhan yang kecil-kecil hingga kebutuhan besar. Mulai dari kebutuhan makan hingga aktualisasi diri. Bahkan kebutuhan untuk rekreasi dan menghibur diri berharap bisa terpenuhi. Pendek kata semua manusia memimpikan semua kebutuhan dan keinginan terpenuhi. Keinginan-keinginan tersebut dapat kita pahami sebagai hal yang sangat manusiawi.
Rasulullah saw dalam hadis di atas memberikan resep buat kita semua. Supaya rizeki kita dilapangkan oleh Allah swt. Yakni dengan jalan silaturrahim. Hubungan silaturrahim dengan banyaknya rezeki sebagaimana disabdakan Rasulullah saw di atas, terbukti di jaman modern yang dijelaskan oleh penelitian. Hendroprasetyo menyajikan tulisan menarik yang menjelaskan tentang hubungan silaturrahim dengan banyaknya rizeki. ”Rezeki yang dikaruniakan Allah datang lewat manusia. Kalau kita mengurung diri di kamar, rezeki tidak akan sekonyong-konyong muncul dari balik pintu. Dalam dunia pemasaran, salah satu prediktor kesuksesan staff penjual adalah keluasan relasi. Bahkan dalam industri asuransi, tes klasik yang diberikan untuk para calon agen adalah membuat ‘Daftar 100 Nama’ orang yang mengenal dan dikenal calon agen.”
Pada pertengahan tahun 1970-an, Sosiolog Harvard bernama Mark Granovetter mempublikasikan risetnya yang kemudian menjadi karya monumental mengenai cara orang mendapatkan pekerjaan. Apa yang ditemukannya masih valid hingga sekarang, yaitu bahwa mayoritas orang mendapat pekerjaan melalui koneksi pribadi. Namun, satu temuan yang mengejutkan Granovetter adalah bahwa koneksi tersebut umumnya bukan teman atau saudara dekat. Si penerima kerja hanya sesekali dalam setahun bertemu dengannya.”
”Teman atau saudara jauh tersebut efektif dalam memberi informasi pekerjaan menurut Granovetter karena dia tahu banyak orang yang tidak Anda kenal, berbeda dengan kebanyakan relasi teman dan keluarga dekat Anda yang umumnya juga Anda kenal.
Bersilaturrahimlah dengan orang yang lama tidak Anda jumpai, seperti kawan sekolah dulu, saudara jauh, atau mantan rekan kerja, maka Anda berpeluang mendapat informasi berharga untuk bisnis atau pekerjaan Anda.” ”Pertukaran pikiran yang dilakukan melalui silaturrahim juga seringkali menghasilkan kesimpulan-kesimpulan brilian yang tidak kita peroleh dengan berpikir sendiri. Don Tapscott dan Anthony William dalam Wikinomics dengan gamblang menjelaskan kekuatan dahsyat kolaborasi, melalui “silaturrahim maya” yang memunculkan raksasa-raksasa baru seperti Wikipedia, MySpace, Youtube, dan lainnya. Lebih hebat dibandingkan bila membatasi diri dari kelompok tertentu.

Wa yunsyaa lahu fī atsarihi. Artinya, dan dipanjangkan umurnya.
Seperti halnya keinginan memperoleh rizeki yang banyak. Manusia juga mendambakan umur yang panjang. Dengan umur panjang manusia bisa menikmati kehidupan yang lama di muka bumi. Di saat muda bisa bercengkrama dengan anak-anak. Di masa tua bisa bercengkrama dengan cucu dan bahkan kalau perlu dengan cicit. Dengan umur panjang, memungkinkan hidup kaya dengan ilmu, hikmah dan pengalaman.
Demi meraih umur panjang manusia rela berupaya dan mengeluarkan biaya. Di antaranya dengan berolahraga dan menjaga kesehatan. Asupan makanan bergizi benar-benar diperhatikan. Saran-saran dari para ahli kesehatan diikuti dengan kesungguhan.
Kita yang hidup di jaman modern ini terkondisikan dengan pola pikir rasional. Segala sesuatu akan diterima jika bisa dicerna secara logika. Mudah diterima jika ada pembuktian rasionalnya. Kalau tidak maka sulit akal manusia modern menerimanya. Keutamaan silaturrahim sebagaimana disabdakan Rasulullah saw, telah ada pembuktiannya melalui berbagai riset ilmiah yang sangat meyakinkan.
Sementara pembuktian riset ilmiah kebenaran hubungan antara silaturrahim dengan panjang usia, di antaranya dapat kita baca dari apa yang disampaikan Hendroprasetyo. Ia menulis, antara tahun 1965-1974, dua ahli epidemi penyakit mempelajari gaya hidup dan kesehatan 4.725 penduduk Alameda County, California. Mereka menemukan bahwa angka kematian tiga kali lebih tinggi pada orang yang ‘kuper’ dibandingkan dengan mereka yang aktif secara sosial. Studi yang sama terhadap penduduk Seattle, dipublikasikan tahun 1997, menemukan bahwa pasangan keluarga yang secara sosial aktif membutuhkan biaya kesehatan lebih rendah dan lebih jarang sakit dibandingkan mereka yang penyendiri.
Riset puluhan tahun yang dilakukan MacArthur Foundation mengenai penuaan di AS menyimpulkan bahwa dua prediktor utama kesehatan manula adalah frekuensi silaturrahim dengan sanak-keluarga dan kehadiran dalam pertemuan-pertemuan.
Ada proses-proses kimia alamiah yang terjadi dalam tubuh yang bisa dijelaskan secara ilmiah tentang mengapa orang-orang yang suka memelihara silaturrahim berusia lebih panjang.
Hendroprasetyo melanjutkan penjelasannya, ”Perjumpaan positif antar manusia dapat menurunkan kadar hormon pemicu stress epinephrine, norepinephrine, dan kortisol dalam darah. Sebaliknya, hormon yang memperkuat rasa saling percaya dan ikatan emosi, oxytocin dan vasopressin, justru meningkat. Ilmuwan juga menduga bahwa silaturrahim memicu dua neurotransmitter penting, dopamine, yang meningkatkan daya konsentrasi dan rasa bahagia, dan serotonin, yang mengurangi ketakutan dan kecemasan.”
Membaca hasil riset tersebut di atas, menjadi jelas bagi siapa pun, bahwa silaturrahim bisa menjadikan hidup manusia lebih berkualitas, lebih sehat yang karenanya berpeluang untuk berusia lebih panjang.

Fal yashil rahimahu. Artinya, maka hendaklah menyambung tali silaturrahim.
Kebanyakan dari kita memahami silaturahim hanyalah sebatas kunjungan kekerabatan, kangen-kangenan, saling mengenalkan antar keluarga, dsb. Tapi makna terpenting dari silaturahim itu sendiri sering terlupakan. Apa makna pentingnya? yaitu saling mengingatkan dalam kebenaran, saling menguatkan iman, saling meneguhkan dalam satu ikatan ukhuwah. Namun bukan berarti salah, jika silatarurrahim dimaknai kunjungan. Akan tetapi bukan hanya sekedar kunjungan. Kunjungan itu harus memiliki arti yang mendalam, yang tidak akan ditemukan bila kita tidak melakukan kunjungan tersebut.
Silaturrahim merupakan ibadah yang sangat agung, mudah dan membawa berkah. Kita sebagai kaum muslimin hendaknya tidak melalaikan dan melupakannya. Allah swt memperingatkan orang yang memutuskannya dengan laknat dan adzab. Sebagaimana firman-Nya,

“Maka apakah kiranya, jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka, dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.”(Qs.Muhammad [47]: 22-23)

“Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”(Qs.an-Nisa’ [4]: 1)

Juga sabda Rasulullah saw,

”Tidak akan masuk surga pemutus silaturrahim.”(Hr.Bukhari dan Muslim)

Inilah beberapa peringatan keras dari Allah dan rasul-Nya bagi siapa saja yang memutus talil silaturrahim (hubungan kekerabatan). Hal ini menunjukkan pentingnya menyambung tali silaturrahim dengan sanak saudara, dan pada sesama kaum muslimin-mukmin.

Perubahan Perilaku (Behavior Transformation)
1. Sambunglah tali silaturrahim dengan kerabat Anda dan semua orang yang Anda kenal.
2. Jangan sekali-kali memutus tali silaturrahim.
3. Lakukanlah semuanya atas dasar cinta.

Oase Pencerahan
Setelah kita tahu bagaimana keutamaan dari silaturrahim dari pembuktian riset ilmiah modern. Bagaimana sabda Nabi saw 14 abad yang lalu dibuktikan oleh penelitian modern dan mengagumkan ratusan tahun kemudian. Silaturrahim yang oleh peradaban masa kini kian tergerus oleh banyak kepentingan pribadi ternyata mengandung khasiat penyembuhan dan penjaga keutuhan kehidupan yang menakjubkan tiada duanya. Bagaimana bisa kita ingin menukar anugerah ini dengan sempitnya kepentingan pribadi? Dan ternyata bukanlah hal yang cukup baik untuk tetap dipertahankan. Ketidakpedulian pada orang-orang di sekitar kita. Sudah seharusnya setiap orang kini mulai untuk memperhatikan orang-orang di sekitarnya. Maka saatnya bagi kita untuk bertanya kepada diri sendiri. Apakah kita termasuk orang-orang yang gemar memelihara silaturrahim atau sebaliknya. Jangan-jangan anjuran Rasulullah saw lebih banyak dinikmati oleh orang-orang di luar Islam. Kita yang punya ilmu, mereka yang mempraktekkannya. Kita yang tahu ilmunya, mereka yang menikmatinya. Kita yang hafal di luar kepala narasi hadisnya, mereka yang mengamalkannya. Maka jangan heran kalau mereka yang menikmati berkah dan keutamaan dari silaturrahim. Sementara kita tidak mendapatkan apa-apa. Kualitas hidup kita sebagai ummat Islam biasa-biasa saja. Sementara kualitas orang-orang di luar Islam menjadi luar biasa. Na’udzubillah.
Saudaraku, kita masih punya waktu dan kesempatan untuk memperbaiki kualitas silaturrahim kita. Silaturrahim dengan saudara dekat maupun jauh. Silaturrahim dengan tetangga dekat maupun jauh. Silaturrahim dalam hubungan-hubungan sosial dan kemasyarakatan. Silaturrahim dengan rekan-rekan kerja di kantor, baik atasan dan bawahan. Silaturrahim dalam bisnis dan perniagaan. Niat baik kita yang tulus untuk memperkuat silaturrahim, mudah-mudahan akan segera berbuah banyak rezeki dan panjang umur.

No comments:

Post a Comment