Saturday, September 18, 2010

Orang Kaya Yang Sebenarnya

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ﴿لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ﴾

Dari sahabat Abu Hurairah r.hu, dari Nabi saw beliau bersabda,

”Tidak disebut kaya karena banyak hartanya, tetapi yang disebut kaya (yang sebenarnya) adalah kekayaan jiwa.”

Kedudukan Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahihnya pada bab al-Ghina Ghinan Nafs, juz XX halaman 79 hadis nomor 5965. Imam Muslim dalam bab Laisal Ghina an Katsratil Aradli, juz V halaman 268 hadis nomor 1741. Selain itu hadis ini juga diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Ibnu Majjah, Ahmad, Thabrani, Baihaqi dan Ibnu Hibban.

Pemahaman Hadis
al-Ghina. Artinya, kaya.
Kaya dan miskin adalah fenomena yang diberikan Allah kepada manusia. Seperti hukum Tuhan yang lain, ada panas ada dingin, ada panjang ada pendek, ada cantik ada jelek, ada basah ada kering dan lain sebagainya. Kaya dan miskin hanyalah sebagian kecil dari fenomena tersebut. Namun demikian mengapa pembahasan miskin-kaya menyita banyak perhatian manusia? Apalagi manusia di jaman modern yang hedonis ini kaya dan miskin menjadi ukuran. Keberadaan materi menjadi patokan. Bagaimana konsepsi miskin kaya yang sesungguhnya menurut islam?
Menjadi orang kaya dengan banyak harta tentu menjadi impian banyak orang. Uang banyak, seluruh kebutuhan terpenuhi. Siapa yang tidak menginginkannya. Kebanyakan manusia selalu mengaitkan kaya dengan banyak uang. Punya mobil banyak, rumah besar, sering pulang pergi ke luar negeri dan hal-hal yang berbau materi keduniaan. Inilah Cara Berpikir yang salah. Sebagai seorang muslim-mukmin yang telah menjadikan al-qur’an dan hadis sebagai parameter kehidupan tentu tidak layak meeiliki Cara Berpikir seperti ini. Kekayaan yang hakiki terletak pada hati. Di mana kita selalu berpositif thinking terhadap Allah swt.

Katsratil aradli. Artinya, banyaknya harta.
Orang yang harta dan kekayaannya melimpah pasti bahagia? Belum tentu. Betapa banyak orang yang katanya kaya tapi kehidupannya tidak pernah puas sedikit pun. Padahal harta dunianya melimpah. Uang ada, mobil ada, rumah mewah, kedudukan tinggi. Tapi tak sedikit pun dari itu semua yang membawanya kepada ketenangan batin. Ia masih terus mencari apa yang belum ia raih. Hatinya masih terasa hampa karena ada saja yang belum ia raih.
Dalam sebuah hadis, Nabi saw menggambarkan manusia itu tidak akan pernah puas. Jika diberi selembah gunung berupa emas, ia pun masih mencari lembah yang kedua, ketiga dan seterusnya. Sampai dirinya masuk ke dalam kuburan sebagaimana difirmankan oleh Allah swt dalam al-qur’an,

”Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk dalam kubur.”(Qs.at-Takatsur [102]: 1-2).

Cara Berpikir yang masih menganggap bahwa kaya itu identik dengan harta dan hal yang bersifat duniawiah harus dirubah. Nabi saw memberikan Pembelajaran Sifat (Character Learnig) yang sangat luar biasa kepada kita. Di mana Nabi saw membenahi Cara Berpikir sahabatnya yang masih pragmatis. Dikisahkan seorang sahabat Nabi saw, Abul ‘Abbas Sahal berkata, “Ada seorang laki-laki lewat di depan Nabu saw. Kemudian beliau berkata kepada sahabat yang duduk di sampingnya ‘Bagaimana pandanganmu tentang orang yang baru lewat itu?’ Sahabat itu menjawab, ‘Orang itu termasuk bangsawan. Demi Allah orang itu sangat pantas untuk diterima bila ia meminang dan bila ia memintakan bantuan niscaya akan berhasil.’ Rasulullah saw kembali bertanya kepada sahabatnya, ‘Bagaimana pandanganmu tentang orang yang baru lewat itu?’ Sahabat itu menjawab, ‘Wahai Rasullah, orang itu termasuk orang Islam yang fakir. Orang itu pantasnya bila meminang tidak diterima dan bila ia memintakan bantuan niscaya tidak akan berhasil dan bila ia berkata niscaya tidak akan didengar perkataannya itu.’ Rasullah saw bersabda, ‘Orang yang lewat kedua itu lebih baik daripada apa yang ada di dunia ini.”
Inilah pelajaran bagi kita bahwa kekayaan itu tidak hanya diukur dengan harta atau pun dengan kedudukan yang tinggi. Sebaliknya kekayaan itu ada di dalam hati kita masing-masing. Puas dengan anugerah dari Allah yang tentu akan membuat hidup yang Anda jalani akan lebih enjoy.

Ghinan Nafsi. Artinya, kaya hati.
Inilah kekayaan yang sesungguhnya. Yaitu ketika hati merasa qanaah dan ridla dengan anugerah dan segala ketetapan yang telah dikaruniakan oleh Allah. Orang yang mempunyai kondisi jiwa/hati seperti ini tidak begitu tamak untuk menambah harta dan ia tidak seperti orang yang tidak pernah letih untuk terus menambahnya. Kondisi orang semacam inilah yang disebut ghani (yaitu kaya yang sebenarnya).
Karakter semacam inilah yang dibangun oleh Rasulullah kepada para sahabatnya, sehingga tidak mudah bagi mereka untuk menengadahkan tangan, meminta-meminta bantuan orang lain, sekalipun mereka dalam kesusahan. Sebab Hati mereka puas ridla dengan apa yang telah Allah berikan. Nabi saw bersabda,

”Dan puaslah akan bagian yang telah Allah berikan untukmu, maka kamu akan menjadi orang yang paling kaya” (Hr.Bukhari)

Perubahan Perilaku (Behavior Transformation)
1. Jadilah orang yang kaya. Ingat! kaya bukan berarti banyak harta.
2. Ridla dan qanaah-lah terhadap apa yang telah diberikan Allah kepada Anda. Niscaya hidup Anda akan SSB.
3. Hindari ketergantungan terhadap makhluk. Sebaliknya bergantunglah mutlak hanya kepada Allah swt.
4. Pahami hakikat kaya dengan baik dan benar.

Oase Pencerahan
Dinul islam tidak melarang para pemeluknya untuk kaya harta. Akan tetapi sebaliknya memberikan pembelajaran bahwa harta bukan segalanya untuk mencapai kemuliaan. Kemuliaan tidak terletak pada orang itu kaya atau bukan. Tapi kemulian ada dalam jiwa-jiwa yang mempunyai rasa iman dan taqwa kepada Rabb-nya.
Jika kita mau menengok sejarah, betapa sosok-sosok seperti para nabi, khususnya Nabi Muhammad saw juga para sahabat beliau, seperti Abu Bakar, Umar ibnul Khaththab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Bilal bin Rabbah, Abu Dzaral-Ghifari. Juga para pejuang Islam setelah itu, seperti Umar bin Abdul Aziz atau Shalahuddin al-Ayyubi adalah pribadi-pribadi yang menghiasi diri dengan Iman dan Takwa dalam segala aspek kehidupannya. Tak salah jika beliau-beliau di atas menjadi sosok yang sangat mengagumkan dan dikenang sepanjang sejarah.
Ketika iman dan takwa telah dimiliki seorang hamba tidak akan ada yang merasa dirinya miskin harta apalagi sampai meminta-minta kepada makhluk. Meskipun dirinya tidak punya harta yang melimpah. Karena dengan iman dan takwa yang dimilikinya telah menjadikan dirinya ridla terhadap pemberian Allah. Imam Syafi’i dalam syairnya mengatakan, ”Kulihat puas itu pangkal kaya, karena itu kupegang teguh ekornya. Maka siapa pun tahu, kalau aku tidak menerjuninya. Dan siapa pun tahu, kalau aku tidak menggelutinya. Sebab itulah aku kaya tanpa uang. Sebab itu pula, aku bebas bergerak bagai seorang raja.”
Anda ingin menjadi kaya harta? Tidak ada larangn untuk itu. Walaupun juga tidak ada anjuran untuk keinginan seperti itu. Namun hendaknya kita memperbaiki keinginan itu menjadi ingin kaya karena ingin bisa bersedekah. Hal ini sebagaimana dalam hadis Nabi tentang iri yang diperbolehkan, yaitu iri terhadap seorang mukmin yang kaya yang bisa berderma karena kekayaannya, dan iri tersebut muncul karena keinginan untuk berderma juga bukan karena yang lain.
Dan jika Anda ingin kaya tanpa kerja keras? Sebaiknya jangan. Tanamkanlah pada diri Anda bahwa untuk mencapai sukses di bidang apapun seseorang perlu bekerja keras. Untuk sukses di akhirat, seseorang perlu beramal dengan baik dan sungguh-sungguh. Untuk sukses di dunia juga demikian, perlu kerja keras. Kaya seperti di sinetron jangan menjadi mimpi, tapi bekerjalah dengan tekun agar menjadi orang kaya yang sebenarnya. Setelah kaya jangan pelit, karena sebagian harta itu ada bagian bagi orang-orang miskin di sekitar kita. dan ingat!! Yang paling penting adalah milikilah hati yang kaya.

1 comment: